Langsa, Suara Indonesia-News.Com – Penemuan kerangka paruh burung raksasa yang telah punah ratusan juta tahun silam, dimana sebelumnya paruh burung raksasa pernah di temukan di Negara Peru, ” kini M. Aris pelajar SMPN Teulaga Tujuh (Pusong) di pesisir Lauatan Kota Langsa Provinsi Aceh, menemukan kerangka yang terkikis gelombang lautan akibat tertimbun pasir di pulau Teulaga Tujuh yang tak ada penduduknya, pada Senin (6/10)
Menurut cerita masyarakat dulunya di seputaran aceh, Pulau Telaga Tujuh (Pusong) Langsa adalah tempat permainan seorang Putri Bungsu, merupakan Pulau legendaris yang dipenuhi history tentang Tengku Malem Dewa dan Putro Bungsu, tempat itu hingga sekarang ini masih dijaga oleh penjaganya, yakni orang – orang suci (manusia halus) tidak dibenarkan sembarang manusia untuk merusak pinggiran hutan Manggrove yang mengelilingi Pulau itu.
Kerangga paruh burung raksasa itu kini berada di ruang kelas belajar (RKB) disanalah di letakkan kerangka mirip paruh raksasa itu oleh seorang Siswa Pelajar SMPN Telaga Tujuh.
M.Aris menyebutkan bahwa dirinya menemukan kerangka yang mirip paruh burung raksasa pada minggu terdahulu (minggu ke 4 September 2014) dimana saat itu dirinya sedang bermain boat/perahu nelayan di seberang pulau untuk melihat hasil tangkapan ikan miliknya, kata Aris sapaan akrabnya.
“Saya menemukannya separuh tertimbun pasir separuh muncul di atas pasir, setelah saya penasaran Dan saya angkat benda mirip tulang keras itu ke atas boat” kata M.Aris yang rumahnya di Pulau Pusong di sebelah pulau tempat penemuannya yakni Pulau Teulaga Tujuh.
“Karena saya tidak tahu ini tulang putih mirip tengkorak paruh burung pelikan raksasa, maka saya bawa ke sekolah SMP untuk sya tanyakan kepada guru IPA, kata Aris”
“Saya cuma ingin tahu, apakah paruh ini termasuh hewan yang burung yang sudah punah seperti cerita di buku daftar hewan burung purba kala, sebab saya pernah melihat di buku guru IPA waktu duduk di kelas VIII dulunya” papar Aris siswa pintar yang kesehariannya sepulang sekolah langsung mencari ikan ke laut layaknya nelayan kecil karena rumah M.Aris berada di pulau terpencil, dimana sarana menuju pulau tempat Aris tinggal dan sekolah yang harus di tempuh dengan transportasi laut yakni boat selama 30 menit dari pelabuhan Kuala Langsa.
Reporter:Rusdi Hanafiah