Raja Ampat, Suara Indonesia-News.Com-Dua orang pemimpin Raja Ampat, Marcus Wanma dan Inda Arfan (MARINDA) memiliki tempat dihati saya secara pribadi dan hatinya masyarakat Raja Ampat. Kekaguman saya terhadap dua orang ini bukan saja karena mereka Bupati dan Wakil Bupati yang tak akan pernah tergantikan, tetapi karena latar belakang kedua orang ini yang membuat saya kagum.
Marcus Wanma-Inda Arfan, keduanya berasal dari latar belakang orang biasa, yang dikenal sebagai pemimpin yang luar biasa. Kedua sosok pemimpin Marcus Wanma dan Inda Arfan, akan menjadi sejarah yang akan selalu diingat dan dikenang masyarakat Raja Ampat sebagai bapak pembangunan dua periode 2005-2010,2010-2015 memimpin Kabupaten Raja Ampat dari titik nol hingga nama Raja Ampat tersohor, namanya sampai kepentas dunia.
Bagi saya pribadi, dua orang ini mungkin adalah contoh pemimpin yang muncul bukan karena proses struktural tetapi karena kemampuan mereka.
Sudah menjadi budaya di kalangan masyarakat Indonesia untuk selalu melihat seorang pemimpin bukan dari aspek kemampuannya,melainkan dari aspek lainnya seperti keturunan, kedudukan, serta status. Kenyataan ini memang tak dapat dihindari mengingat budaya paternalistik masih mengakar kuat di budaya masyarakat kita.
Dalam melihat pemimpin, beberapa unsur dari kebudayaan kita masih suka mengkaitkan seoarang pemimpin dengan kepercayaan -kepercayaan mistis dimana seorang pemimpin tidak hanya merupakan pilihan manusia, tetapi juga pilihan sang pencipta. Seiring denga waktu, budaya-budaya sperti ini memang sudah tidak terlihat menyolok sebagaimana dahulu kala.
Masuknya nilai-nilai modernitas membuat masyarakat lebih rasional dalam melihat sesuatu, 9 Desember 2015 Kabupaten Raja Ampat akan mengadakan pesta demokrasi, yaitu pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dua sosok pemimpin Marcus Wanma dan Inda Arfan harus mengakhiri masa jabatan mereka sebagai Bupati dan Wakil Bupati, tentunya masyarakat Raja Ampat menanti sosok pemimpin baru 2016 untuk melanjutkan visi-misi kabupaten bahari.(Zainal).