ACEH UTARA, Rabu (03/09) suaraindoensia-news.com – Ratusan hektar lahan persawahan irigasi di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara diserang hama wereng. Para petani cemas dan takut akan menuai gagal panen.
Para petani gabah di Aceh Utara termasuk Cot Girek bukan hanya menghadapi tekanan harga gabah yang tak menentu. Kini mereka juga dihadapkan dengan persoalan lainnya, yakni penyakit padi yang berbahaya.
Amatan wartawan, seiring munculnya keluhan petani setempat pada Selasa (2/9/2025), terlihat hamparan sawah yang terjangkit virus wereng. Petani menyebut, sebelum padi mereka tumbuh normal menghijau, tapi kini tampak menguning.
Sebagian besar batang padi menghitam, dan sebagian lain lebih para terlihat telah roboh sebelum dipanen diduga akibat penyakit tersebut. Tampak juga bulir padi banyak yang kosong, sehingga jika pun berhasil dipanen, namun hasil panen diperkirakan jauh dari target.
“Sejak awal tanam, padi kami sudah diganggu hama. Disemprot obat pun tidak tertolong. Sekarang paling parah, padinya kering padahal sebentar lagi panen,” ujar Syahrul, petani Cot Girek.
Keluhan serupa disampaikan M. Reza Vahlepi. Menurutnya, musim tanam kali ini menjadi yang terberat karena serangan hama wereng disertai hama tikus dan burung. Di sisi lain, biaya produksi meningkat akibat mahalnya pupuk dan pestisida.
“Kalau kondisi seperti ini terus, kami bukan hanya gagal panen, tapi juga rugi besar. Modal sudah habis, harga pupuk mahal, sementara harga gabah dikhawatirkan jatuh harga hingga di bawah Rp6.500 per kilogram,” kata Vahlepi.
Sebelumnya, harga gabah kering di Aceh Utara sempat menggiurkan, para petani sempat mengecapi harga dari Rp.700ribu sampai dengan Rp.9.200/kg pada Juli 2025 lalu.
Pun demikian, kini harga gabah kembali jatuh, petani Cot Girek khawatir harga jual semakin anjlok. Kendatipun pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gabah kering sebesar Rp6.500 per kilogram.
“Kami minta pemerintah memastikan harga sesuai ketetapan sampai ke tingkat petani. Jangan biarkan permainan harga di bawah merugikan kami yang sudah susah karena hama,” tegas Syahrul.
Selain kepastian harga, petani Cot Girek berharap pemerintah membuka akses asuransi pertanian agar mereka memiliki jaminan saat gagal panen. Mereka juga meminta penyuluhan rutin, subsidi pupuk dan pestisida, serta pemantauan intensif terhadap serangan wabah seperti hama wereng.
Serangan wereng yang melanda Cot Girek disebut menjadi salah satu penyebab turunnya produktivitas beras di Aceh Utara. Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan melalui langkah konkret, baik dengan menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani maupun menekan dampak serangan hama.
“Kalau harga gabah bisa dijaga stabil, setidaknya kerugian petani bisa ditekan. Jangan sampai dibiarkan, karena pangan daerah juga bergantung pada hasil sawah ini,” pungkas Vahlepi.