Laporan: Cyriakus Kiik
BETUN, Rabu (14/06/2017) suaraindonesia-news.com – Terhitung 31 Mei 2017, Save The Children bersama lembaga mitranya Yayasan Sayangi Tunas Cilik ‘keluar’ dari Kabupaten Malaka Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk itulah pada Rabu (14/06/2017), pihak Save The Children melakukan pamitan kepada semua pihak di Kabupaten Malaka. Kesempatan ini digunakan untuk berkumpul dan berbagi pengalaman satu sama lain. Baik dari anak-anak sekolah, guru-guru, para tutor dan pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun para pejabat dari lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Project Officer Yayasan Sayangi Tunas Anak Bonefasius Julaeman di sela-sela acara pamitan ini mengatakan, pihaknya ‘keluar’ dari Malaka. Tetapi, tetap mempunyai kewjiban untuk mendampingi PAUD yang ada di Kabupaten Malaka.
“Kantor operasional saja yang pindah ke Kefamenanu – ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, tetapi kita akan pergi-pulang TTU-Malaka. Program selesai tetapi pekerjaannya tidak selesai”, kata Boni, begitu akrabnya Bonefasius.
Boni menjelaskan, di Save The Children ada dua program, yakni Program Ceria dan Cerdas. “Jadi, program yang sudah berakhir adalah program ceria, sedangkan program cerdasnya tetap berjalan. Kantor operasional saja yang pindah ke TTU”, demikian Boni.
Dalam acara pamitan ini, para guru dan tutor PAUD memberi banyak kesan positif terhadap Save The Children. Ande Lonis, pengelola PAUD Andreas di Looneke Desa Babotin Maemina Kecamatan Botin Leobele, misalnya, memberi kesan, Save The Children telah memberi yang terbaik bagi PAUD-nya.
Dalam hal kecil seperti sampah, menurut Andreas, anak-anak sudah tahu untuk tidak membuang sampah sembarang. Sebab, anak-anak selalu membuang sampah pada tempatnya.
“Meskipun anak-anak bermain di lapangan, sampah seperti kulit gula-gula atau gelas aqua, mereka buang pada tempat sampah yang sudah ditentukan, tidak buang sembarang”, tukas Andreas.
Kesan positif lainnya diungkapkan Pius Molo, salah satu guru dari Boas, Kecamatan Malaka Timur.
“Anak-anak lulusan PAUD di sekolah saya tahu baca dan menulis. Mereka juga kreatif. Ini yang membedakan sekolah saya dengan sekolah lain yang bukan anak-anak binaan Save The Children”, kata Pius.
Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malaka Marselina Klau mengapresiasi kerja-kerja Save The Children di Kabupaten Malaka. Karena itulah Marselina berharap Save The Children boleh pamit dari Kabupaten Malaka. Tetapi, satu dua hari ke depan sudah harus kembali ke Malaka.
Sebagai bukti atas kerja-kerja para guru dan tutor PAUD, Save The Children memberikan sertifikat kepada 60 orang.