ACEH TIMUR, Selasa (21/01) suaraindonesia-news.com – Sejumlah petani di Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur, mengungkapkan kendala yang dihadapi setiap tahun terutama saat musim turun sawah, selain krisis kebutuhan air yang bergantung pada asistem pompanisasi, apetani dihadapkan kekurangan pupuk dan harga yang melambung.
Petani asal desa Blang Bitra yang enggan meyebut namanya, mengaku dirinya sangat kewalahan setiap kali menebus pupuk subsidi, dengan harga sangat mahal, padahal yang mereka ketahui harga pupuk subsidi hanya Rp. 120 ribu.
“Setiap kami tebus pupuk subsidi berbeda dengan HET, di Peureulak rata rata harga tebus Rp 160 ribu -180 ribu/sak,” ungkapnya.
Menurutnya, nasib petani di Peureulak sangat berat, dari persoalan air, krisis pupuk dan harga pupuk yang sangat mahal, mereka mengaku tidak ada kepedulian dari pemerintah.
“Kami tidak tau harus mengadu kemana terhadap kesulitan petani yang dihadapi oleh petani, di satu sisi pemerintah ingin adanya ketahanan pangan, akan tetapi kendala yang dihadapi oleh petani tidak di pikirkan,” keluh petani.
Terkait harga tebus di atas HET, media ini mengkonfirmasi beberapa kios pengecer pupuk di Kecamatan Peureulak, akan tetapi mereka membantah menjual pupuk di atas Rp 70 -80 ribu/sak.
“Kita tidak menjual di atas Rp 70 ribu, harga biasa yang kami jual atau harga tebus berkisar Rp 150 ribu/sak,” kata pemilik kios Mitra Tani yang enggan menyebut namanya.
Menurutnya, alasan mereka menjual pupuk subsidi sesuai HET, mengaku tidak mendapatkan keuntungan.
“Kalau kami jual sesuai HET, tidak mendapatkan untung, karena keuntungan cuma Rp 25,00 /kilo, jadi bagaiman dengan biaya transport, tenaga kerja dan ongkos bongkar,” sebutnya.
Hal senada juga di sampaikan Fahmi, pemilik kios UD Sahabat Tani, mereka terpaksa menjual pupuk di atas HET.
“Rata rata harga pasaran di Peureulak Rp 150 ribu/sak bang,” kata Fahmi.
Distributor pupuk PT V-Ray Buket Itam, Vawas saat dikonfirmasi meminta media ini tidak menayangkan berita terkait masalah harga pupuk di Peureulak.
“Kalau bisa bang, jangan di tayang beritanya, itu bisa dinilai tidak baik terhadap perusahaan distributor, sebab distributor bertanggung jawab terhadap pengawasan,” ujar Vawas.