Reporter : Rusdi Hanafiah
Langsa-Aceh, suaraindonesia-news.com – Bodrek dalam bahasa jurnalistik berkonotasi negatif, karena istilah bodrek merujuk pada segerombolan wartawan tanpa media yang jelas, bahkan tidak pernah menulis.
Kerjanya hanyalah masuk ke berbagai instansi atau lembaga pemerintah serta swasta, yang bertujuan hanyalah memburu amplop dari pihak narasumber. Kadang mereka mengaku dirinya sebagai wartawan dari media resmi. Seperti yang disampaikan sumber demi nama baik profesi Pers yang sebenarnya, Rabu (13/4).
Wartawan bodrex adalah wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala. Padahal bodrex merupakan obat untuk meredakan sakit kepala. Wartawan gadungan yang terkenal dengan sebutan bodrex ini biasanya bergerak secara berkelompok, minimal lima orang atau lebih.
Tujuannya hanya satu, yakni untuk memburu amplop yang berisikan uang. Bila tidak dikasih, maka mereka tidak akan meninggalkan lokasi yang mereka kunjungi. Mereka cenderung memburu ‘siapa’ pihak humas atau penyelenggara pada suatu event/acara.
Untuk membubarkan kelompok wartawan gadungan ini, mau tidak mau, pihak humas atau penyelenggara event/acara akan mengeluarkan amplop yang berisikan uang. Ironisnya adalah, di antara mereka ada yang kurang ajar, langsung membuka amplop yang diberikan dan apabila uangnya sedikit maka berani mengatakan ‘tidak terima’ dan meminta lebih.
Wartawan bodrex cenderung tidak beretika. Sering bertingkah bak seorang preman, amatiran dan suka memalak (memeras). Penyebutan ‘wartawan’ kepada mereka tentulah sangat tidak tepat, dan akan mencoreng nama baik pihak wartawan yang sesungguhnya.
Wartawan jenis ini sebut saja wartawan gadungan. Itu karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki media resmi, baik yang berskala regional maupun nasional.
Parahnya lagi, ada pihak pemerintahan, khususnya di bagian kehumasan, sengaja bermitra dan memanfaatkan keberadaan wartawan bodrex untuk tujuan tertentu.
Sasaran wartawan bodrex untuk dipalak, biasanya pejabat di lingkungan pemda, mulai kepala seksi (kasi), kepala bidang (kabid), sampai kepada kepala dinas (kadis). Mereka juga mendatangi para camat, kepala desa serta para kepala sekolah. Mereka menjalankan aksinya dengan modus berpura-pura meminta konfirmasi berita ini dan itu, sampai amplop berisi uang keluar.
Ciri-ciri wartawan bodrex, saat melakukan kunjungan ke lokasi yang dituju, suka sekali mengumbar atau men-expose atau menonjolkan indentitas dirinya sebagai seorang wartawan (Pers). Kata pers atau wartawan biasanya sengaja dimunculkan di rompi atau jaket, atau pada pakaian seragam (uniform) mereka. Dan mereka terkesan bangga serta angkuh saat mengenakannya.
Hati-hati terhadap wartawan bodrex yang saat ini semakin menjamur dan kerap membuat para pejabat, baik di pemerintahan maupun swasta akan sakit kepala.
Oleh karenanya, bila Anda bertemu dengan oknum yang mengaku dirinya sebagai wartawan dan suka menonjolkan diri sebagai wartawan, maka tanyakan terlebih dahulu kartu medianya dan kartu organisasi wartawan tingkat nasional. Bila tidak mampu mununjukkan ke dua kartu yang Anda pertanyakan maka oknum tersebut terindikasi sebagai wartawan bondrex.
Ketahuilah bahwa wartawan yang sebenarnya (asli) tidak suka menonjolkan identitasnya sebagai wartawan. Mereka cenderung low profile dan flamboyan serta kerap menutupi identitasnya sebagai wartawan. Tujuannya hanya satu yakni, cepat mengakses sumber berita di masyarakat.
Wartawan yang menjalankan Profesi akan selalu mengedepankan etika dan kesantunan, malah cenderung bersikap seperti intel yang menelusuri nara sumber agar dapat memperoleh berita utama untuk dimunculkan ke Publik sesuai kode etik Pers dari setiap temuan berita yang menjadi exclusive di tengah masyarakat umum. Tugas Pers untuk menyalakan beragam berita dan bukan karena amplop ( journalists is not for envelope!.).