BLORA, Rabu (12 Juli 2017) suaraindonesia-news.com – Persaingan energi kedepan, tidak lagi terjadi antarperusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas bumi (Migas).
Melainkan akan terjadi kompetisi pengelolaan energi diluar energi fosil, misal energi panas bumi, tenaga surya, gelombang air laut, angin, dan energi lainnya.
“Nantinya kompetisi bukan antarperusahan migas, tapi terjadi antar pengelola energi diluar fosil,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan di Cepu, Blora, Rabu (12/7).
Jonan mengingatkan, harga migas sangat sulit diprediksi, suatu saat naik tinggi, dan mendadak bisa anjlog. Maka siapun yang berhubungan dengan migas, harus cerdas melangkah, dan menerapkan strategi efisiensi.
“Efisiensi migas sudah sangat mendesak, ini yang harus bisa segera dikapi dengan cerdas,” tandasnya di hdapan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas di Grha Oktana STEM-Akamigas Cepu,” sambungnya.
Pihaknya memberi gambaran secara global, bahwa negara Francis segera mengeluarkan kebijakan untuk tidak memberi izin produksi kendaraan yang mengeluarkan hidrokarbon, dengan kesiapan 2040 nanti kendaraan berbahan bakar listrik.
“Indonesia juga harus mengikutinya, perlu persiapan sejak sekarang,” tambah Jonan.
Tanpa Asap
Untuk keperluan energi masa depan, kata Menteri ESDM, Indonesia harus bisa bersaing dengan neggara lain, contoh soal kendaraan tanpa asap hidro karbon itu.
“Jika semua berjalan baik, ekspor LPG akan terus berkurang, karena nantinya api kompor juga bisa dari energi lain,” tegas dia.
Jonan membeberkan, sebelumnya siapa sangka android berkembang pesat, bahkan perusaan migas raksasa Exxonmobil yang sudah berdiri 140 tahun lebih, sekarang ini kalah kaya dari perusahaan facebook (FB).
Di tempat yang sama 20 Januari 2017, Menteri ESDM Ignatius Jonan menjelaskan kalau pemerintah mengejar target lifting (produksi minyak) 815.000 barel perhari (bph), dengan mendorong Blok Cepu melalui proyek Lapangan Banyu Urip berproduksi dari 165.000 bph menjadi 200.000 bph.
Ia menambahkan, Blok Cepu dengan operator ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), saat ini sudah memproduksi minyak terbesar kedua di Indonesia.
“Sehingga menjadi andalan pemerintah untuk bisa mengatrol produksi minyak dalam negeri 815.000,” pungkasnya (Lukman).