BANGKALAN, Sabtu (23/11/2019) suaraindonesia-news.com – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur kembali dikeluhkan oleh pihak keluarga pasien karena tindakannya dinilai membingungkan.
Menurut Hafid dari Desa Alasrajah, Kecamatan Blega yang merupakan salah satu keluarga pasien atas nama Holilah melalui media ini menyatakan, bahwa pelayanan tindakan medis yang diberikan oleh RSUD Syamrabu pada sakit yang diderita oleh pasien membingungkan.
Hafid mengatakan pada Hari Jumat tgl 1 November 2019, Holilah pasien yang beralamat di Kecamatan Galis, Desa Blateran masuk RSUD Syamrabu diruangan Irna B 4 menggunakan jalur BPJS kelas 3, dengan keluhan trombositnya turun, dan ditangani oleh dr. Anisa.
“Setelah di beri darah putih naik 78, selama 4 hari kami dari keluarga nanyak mengenai penyebab trombusitnya turun naik, tidak ada jawaban, pada tgl 4 November hari Senin di saat trombusit turun 38, pasien di suruh pulang, tidak menunggu trombusit pasien setabil,” kata Hafid menceritakan.
Pihak keluarga pasien melalui Hafid mengaku kebingungan saat pihak RS memulangkan pasien yang kondisi kesehatannya masih dinilai perlu perawatan serius di RS, bahkan dirinya mengaku sempat berfikir apa karena pasien biaya perawatannya menggunakan BPJS kelas 3.
“Kok disuruh pulang apa karena pasen BPJS Kelas 3. Disuruh kontrol setiap minggu dari Desa Blateran Galis naik sepeda montor, hinga pasien ngedrob lagi dan masuk RSUD Syamrabu lagi karena penanganan yang tidak serius,” ungkap Hafid meneruskan ceritanya.
Sehingga ketika mengamini saran dari RS untuk menjalani perawatan diluar RS dan untuk sesekali sesuai jadwal melakukan kontrol ke RS yang jaraknya cukup jauh dari alamat pasien tinggal terbukti mengalami berbagai kendala yang dirasa merugikan kesehatan pasien.
“Tanggal 15 November kontrol karena Blateran Bangkalan jauh keburu tutup, sehingga tgl 16 November di rawat lagi di ruangan Irna A karena jarinya bengkak harus dioprasi dan dokter penyakit dalamnya di tangani dr. Doni,” tambahnya.
Hafid yang merupakan bagian dari keluarga pasien mengaku semakin kebingungan saat hendak mensingkronisasi kebijakan pihak RS memulangkan pasien dari RS dan saran pada keluarga dalam melakukan perawatan pada pasien.
“Menurut dokter doni penyakit seperti trombusit turun harus banyak istirahat dan tidak boleh setres, jika trombusit turun tidak di tangani serius di rumah sakit maka akan terjadi fatal, kalu harus kontrol tiap minggu dari Desa Blateran ke Bangkalan naik sepedamotor itu menurit kami akan menimbulkan kecapean dan setres.” jelasnya menyayangkan.
Mengalami perlakuan pihak RS pada salah satu keluarga nya yang sedang dirawat di RS Syamrabu menggunakan jalur BPJS sudah merasa kurang mendapatkan pelayanan maksimal malah dirinya mendapat info pasien di RS Syamrabu yang menggunakan jalur umumpun juga merasa kecewa pada pelayanan pihak RSUD Syamrabu membuatnya makin kecewa.
“Kenyataannya beda dilapangan, sudah jelas yang bayar 16 juta saja merasa dikecewain, apalagi yang tidak bayar (menggunakan BPJS Kesehatan, red), pasti lebih dikecewakan,” tegas Hafid menyatakan.
Terpisah mengenai penilaian buruknya pelayanan pada beberapa pasien, Plt Direktur Umum RSUD Syamrabu dr. Nunuk Kristiani mengakui dengan terbuka pada banyaknya kelemahan dalam hal managemen pelayanan RS yang telah merugikan pihak pasien dan mesti diperbaiki.
“Terimakasih atas masukannya untuk RS, kami terbuka dan siap menerima masukan-masukan yang bersifat membangun dan memperbaiki pelayanan, semua itu sebagai bahan masukan untuk managemen, terimakasih banyak untuk kritikan dan sarannya untuk perbaikan RS,” ungkapnya memberikan tanggapan.
Reporter : Anam
Editor : Amin
Publisher : Oca