Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita UtamaSosial Budaya

Komnas PA: “Bangsa Rusak Dimulai dari Anak yang Dibiarkan Bodoh”

×

Komnas PA: “Bangsa Rusak Dimulai dari Anak yang Dibiarkan Bodoh”

Sebarkan artikel ini
IMG 20250925 163614
Foto: Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Bunda Roostiningsih atau Rostine Ilyas (Kanan).

LUMAJANG, Kamis (25/09) suaraindonesia-news.com Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Bunda Roostiningsih atau Rostine Ilyas, menyoroti persoalan anak putus sekolah di Kabupaten Lumajang yang jumlahnya mencapai 1.739 anak. Menurutnya, kondisi tersebut merupakan peringatan serius bagi masa depan bangsa.

“Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan masa depan yang terputus. Kalau anak-anak kehilangan hak belajar, kita sebenarnya sedang menulis surat kematian peradaban bangsa sendiri,” tegas Roostiningsih, Kamis (25/9/2025).

Ia menyebut, meski pemerintah telah menggulirkan berbagai program pendidikan gratis, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga program gizi, namun faktanya ratusan anak SD dan ribuan anak SMP di Lumajang tetap terpaksa meninggalkan bangku sekolah.

“Gratis bukan berarti tanpa biaya. Anak-anak masih harus membayar ongkos transportasi, sementara orang tua mereka bekerja dengan upah pas-pasan. Banyak keluarga akhirnya memilih bertahan hidup hari ini dengan mengorbankan masa depan anaknya,” ujarnya.

Roostiningsih menilai, negara seharusnya hadir sebagai pelindung hak anak, bukan hanya sekadar mencatat angka putus sekolah. Ia mengkritik praktik menjadikan isu anak sebagai komoditas politik.

“Anak-anak sering hanya dipajang di baliho kampanye, tapi setelah itu dilupakan. Ini ibarat bangsa sedang bunuh diri perlahan. Tanpa generasi cerdas dan kuat, kita tidak punya masa depan,” imbuhnya.

Komnas PA pun mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk menghadirkan kebijakan nyata agar anak-anak bisa tetap bersekolah tanpa hambatan.

“Hentikan menjadikan anak sebagai slogan politik. Saat anak-anak dibiarkan bodoh, maka bangsa ini bukan hanya kehilangan masa kini, tapi juga masa depan,” pungkas Roostiningsih.