Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Ekonomi

Keunikan Batik Wonoasri Jember dengan Warna Alam

Avatar of admin
×

Keunikan Batik Wonoasri Jember dengan Warna Alam

Sebarkan artikel ini
Batik Wonoasri
Batik Wonoasri Jember

JEMBER, Minggu (05/12/2021) suaraindonesia-news.com – Batik merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sampai saat ini masih terus mengalami perkembangan. Hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki motif batik tersendiri. Salah satunya yaitu batik khas Desa Wonoasri,  Kecamatan Tempurejo, Jember, Jawa Timur.

Produksi batik di desa penyangga hutan ini memiliki keunikan tersendiri. Sebab, bahan pewarnanya menggunakan bahan alami dari alam sekitar. Maka dari itu batik ini diberi nama Batik Warna Alam, Kehati Meru Betiri.

Pengrajin batik ini tak lain adalah para ibu Wonoasri yang telah mengikuti pelatihan selama 14 kali pertemuan di bawah mitra binaan The Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Universitas Jember dan Taman Nasional Meri Betiri. Dari awal diadakannya pelatihan, peminat pengrajin batik kian bertambah. Hingga saat ini jumlah mereka mencapai 45 orang. Di antaranya, 3 orang di bagian pemberian warna pada batik dan selebihnya adalah bagian canting.

Baca Juga :  Cegah Lonjakan Harga Migor Curah, Satgas Aceh Timur Awasi Ketat Distributor dan Pengecer

Produksi batik yang terdapat di Jalan Majapahit Gang 8 RT 4 RW 2, Kraton Wonoasri ini telah memiliki 14 motif batik. Di antara Inang Raflesia, Sisik Besar Raflesia, Tawon Raflesia, Trenggiling, Cabe Jawa, Botol Cabe, Pucuk Cabe, Kriting Cabe, dan Trenggiling. Inspirasi pembuatan motif batik tersebut memang berasal nama-nama fauna dan flora dari kawasan Desa Wonoasri yang dikenal sebagai wilayah peyangga hutan.

Pemberian warnanya pun menggunakan bahan-bahan alami dari alam sekitar seperti Putri Malu, Kayu Jati, dan Teger. Tumbuhan tersebut menghasilkan warna hitam, coklat, krem, merah bata, dan ungu tua. Pembuatan warna alami ini memerlukan proses yang cukup panjang. Bahan-bahan yang didapatkan dari alam dikeringkan sebentar lalu direndam, setelah itu direbus selama sekitar 6 jam. Setelah itu baru pewarna alami bisa dipakai untuk memberi warna pada batik.

Baca Juga :  BPR Blora Artha Targetkan Kejar Asset Rp 100 M

Supmini Wardani, selaku desainer batik warna alam ini menjelaskan proses produksi batik dari awal sampai akhir pembuatan. Sebelum digambar, kain yang masih polos dicuci bersih sebelum digambar motif. Setelah kain tersebut selesai diberi motif oleh desainer, proses selanjutnya adalah pencantingan. Setelah itu pewarnaan batik dapat dilakukan sesuai dengan keinginan.

“Jika warna yang diinginkan warna terang, maka pencelupan bisa dilakukan sebanyak 6 kali, tapi jika warna yang diinginkan lebih gelap lagi, pencelupan bisa sampai 12 kali,” terang Supmini saat dikunjungi Suara Indonesia News di lokasi membatik di Desa Wonoasri, Minggu, (5/12/2021).

Dia juga berharap ibu-ibu dapat terus berkarya dan berusaha untuk menghasilkan batik yang lebih bagus agar batik alam khas Desa WonoasriJember dapat berkembang.

Reporter : Guntur Rahmatullah
Editor : Redaksi
Publisher : Syaiful