Lhoksukon, Suara Indonesia-news.com – Kematian Juwaini (35), Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan Partai Nasional Aceh (DPK PNA) Kutamakmur, Aceh Utara, menyisakan duka yang mendalam bagi istri dan anak-anaknya.
Erlina (43), istri korban yang bermukim di Desa Ceumeucet, Kecamatan Kutamakmur, Aceh Utara, bahkan mengaku sangat penasaran mengapa suaminya yang sedang duduk-duduk di warung dikeroyok hingga akhirnya meninggal.
“Apa salah suami saya?” tanya Erlina. Menurut Erlina kepada wartawan, Kamis (6/2/2014) kemarin, bukan kali ini saja suaminya yang memimpin Partai Nasional Aceh (PNA) di Kutamakmur, Aceh Utara, itu dikeroyok.
Sebelumnya, saat kampanye pilkada tahun 2012 lalu, suaminya yang mendukung pasangan Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan juga dikeroyok oleh pengurus partai lain.
“Saya tidak tahu apakah pelakunya masih orang yang sama dan sudah ditangkap sekarang atau belum, karena tak ada lagi kabar tentang itu. Jadi, ini kali kedua suami saya dikeroyok. Tapi yang kali ini sampai menyebabkannya meninggal. Siapa yang tidak sedih?” kata Erlina.
“Saya minta keadilan. Orang yang membunuh suami saya harus ditangkap dan diadili,” ujar Erlina lirih.
Sementara itu Hermansyah, Ketua Dewan Pimpinan Sagoe PA Kutamakmur, Aceh Utara menyampaikan turut berduka yang mendalam atas meninggalnya Juwaini, Ketua DPK PNA Kutamakmur, Aceh Utara. Namun Hermansyah menegaskan bahwa pelakunya bukan unsur pengurus Partai Aceh (PA).
“Kemungkinan itu ulah masyarakat yang sudah menjadi simpatisan PA, karena mungkin mereka marah atas penurunan bendera PA di kawasan itu tadi malam. Sebab, semalam ada kegiatan PA di Desa Krueng Seunong, tapi bendera PA diturunkan, maka simpatisan marah dan mengejarnya,” jelas Hermansyah.
Juwaini (35), Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan Partai Nasional Aceh (DPK PNA) Kutamakmur, Aceh Utara, tewas setelah dianiaya dua pria bersepeda motor di kawasan Desa Lam Kuta, kecamatan setempat, Kamis (6/2/2013) sekitar pukul 01.30 WIB.
Kedua pelaku disebut-sebut kader partai lokal di kawasan itu, namun pihak partai menduga pelakunya justru simpatisan, bukan kader mereka.
Pihak keluarga baru mengetahui korban sudah tak lagi bernyawa ketika tiba di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Utara di Kota Lhokseumawe pukul 05.00 WIB. Lalu jasad korban dibawa ke RSU Cut Meutia Aceh Utara untuk divisum. Usai divisum, jenazah korban dibawa ke rumah istri pertamanya di Desa Ceumeucet, Kecamatan Kutamakmur. Pantauan wartawan kemarin, puluhan warga termasuk sejumlah pengurus PNA, memadati rumah duka. (•eddy)