PATI, Suara Indonesia-News.Com – Akibat kemarau berkepanjangan komunitas bocah angon dan lintas tokoh agama Nadhathul Ulama (NU) serta tokoh gereja setempat hadir disimpang kayen, minggu (18/10/2015) kemarin.
Bukti kesadaran mereka yang perlu kita acungi jempol dalam menghadapi krisis moneter, kekeringan panjang serta kepedulian terhadap fauna disekitar mereka ditanggapi dengan perform aksi teatrikal, Minggu (18/10/2015) kemarin pkl.09.30 wib.
Dua Barongan moto beling ngaklak kelilingi simpang kayen tersebut sebagai simbolisasi penyingkir balak dan dilanjutkan berdo’a bersama pada siang itu.
“Sebagai ungkapan rasa peduli dari masa kekrisisan, kemarau panjang dan kekejaman fauana dikendeng yang diburu oleh tangan manusia yang tak punya perikemanusiaan, dilintas batas sudah hilangya kesadaran mereka”, papar aziz.
Teatrikal “carang garing” ini ditanggapi masyarakat skitar dengan baik, secara sepontanitas petani yang berada disimpang kayen terpesona dan mengikuti dalam acara “ngunduh udan” serta berdoa bersama yang dipanjatkan untuk diberi kemudahan turunya hujan dalam waktu dekat.
“Saya melihat sendiri, beberapa waktu lalu ada burung merak, harimau akar, monyet burung elang, beruang yang sampai turun gunung untuk mencari minum, dan ulah manusia yang berburu yang membuat fauna disekitar kendeng geram dan punah, ritual ini sendiri adalah bentuk penggambaran dari keprihatinan betapa malang nasib mereka, fauna dan petani merindukan air hujan “. Imbuh aziz penuh harapan. (Ipung )













