Jember Akan Wujudkan Swasembada Kedelai

oleh -164 views
Panen Raya Kedelai Jember

Jember, Suara Indonesia–News.Com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember siap mendukung program pemerintah pusat mewujudkan program swasembada Kedelai pada tahun 2014. Hal ini terbukti dengan semakin luasnya lahan pertanian tanaman kedelai di wilayah kabupaten Jember. “Pada Tahun 2013 lahan tanaman kedelai sekitar 9.000 hektare. Pada tahun ini, lahan kedelai semakin luas mencapai sekitar 11.000 hekatre,” kata Sekretaris Pemerintah Kabupaten (Sekkab) Jember Sugiarto, disela acara panen raya kedelai di desa Sukorejo, Kecamatan bangsalsari, Jember, Kamis (2/10).

Menurutnya Pemkab Jember akan terus mendorong perluasan lahan tanaman kedelai. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman tembakau di Jember, guna mendukung program pemerintah pusat untuk mencapai swasembada kedelai.

Upaya perluasan lahan kedelai, lanjutnya, bisa dilakukan dengan mendorong lahan pertanian tembakau menjadi lahan pertanian kedelai. “Kalau memang pertanian tembakau bisa menguntungkan petani, pasti petani tembakau tidak akan keberatan menanam kedelai,” katanya.

Sugiarto mengatakan bahwa, pemkab Jember akan berupaya menjadikan kedelai sebagai salah satu komoditas unggulan kabupaten Jember, selain komoditi padi dan Jagung. Namun itu mewujudkan cita-cita itu diperlukan peran pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Timur (Jatim).

Menurutnya, petani memerlukan pendampingan dari pemerintah pusat dan provinsi Jatim, terkait varietas kedelai yang paling sesuai dengan kondisi geografis kabupaten Jember. Selain itu, petani juga membutuhkan dukungan pemerintah agar memperoleh kepastian harga, agar petani tidak merugi saat panen kedelai.

Dari informasi yang ada, sambung Sugiarto, sedikitnya ada dua varietas kedelai yang ditanam petani, yakni varietas Baluran dan Mutiara. Varietas Baluran yang dikembangkan Universitas Jember, mampu menghasilkan kedelai sekitar 2,5 ton per hektare. Sedangkan, kedelai varietas Mutiara, yang dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), mampu menghasilkan kedelai sekitar tiga hingga empat ton per hektare. Sedangkan Harga Pokok Penjualan (HPP) kedelai saat ini berkisar Rp.7.600 per kilogram (kg).

Berdasar hasil perhitungan itu, maka petani kedelai yang menanam varietas Baluran akan memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp.19 juta. Jika diasumsikan biaya bercocok tanam sekitar Rp.8 juta, maka pendapatan bersih petani kedelai sekitar Rp.11 juta. Namun apabila petani menanam kedelai varietas mutiara dengan asumsi hasil panen 3 ton per hektare, maka akan memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp.22,8 juta. Apabila dikurangi biaya pertanian sekitar Rp.8 juta, maka pendapatan bersih petani kedelai sekitar Rp.14,8 juta.

“Berdasar perbandingan dua varietas tersebut, kiranya perlu ada penelitian baik dari pemerintah pusat maupun provinsi, cvarietas kedelai mana yang paling sesuai untuk wilayah kabupaten Jember, agar petani tidak merugi ketika panen tiba,” papar Sugioarto.

Terkait fluktuasi harga kedelai, Sugiarto mengungkapkan perlunya ada regulasi dari pemerintah tentang harga kedelai di pasaran. Selain itu, duiperlukan juga sebuah regulasi terkait impor kedelai. Pemerintah diharapkan tidak melakukan impor saat musim panen kedelai petani. Pasalnya kedelai impor terkadang harganya lebih murah dari kedelai petani, sehingga kedelai petani tidak laku di pasaran.

Sementara itu, Direktur Pascapanen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana mengatakan bahwa Pemerintah Pusat melalui kementerian pertanian telah menyiapkan berbagai peralatan untuk petani guna mencapai swasembada kedelai. “Seluruh peralatan untuk tahun 2015 telah kita siapkan di Dinas Pertanian Tanaman pangan Jawa Timur,” kata Dadih.

Selain menyiapkan berbagai peralatan, sambung Dadih, Kementrian pertanian juga tengah mengupayakan penurunan angka kehilangan hasil panen (loss, resd) kedelai. Pasdalnya tingkat kehilangan hasil panen kedelai di Indonesia tergolong masih sangat tinggi, yakni mencapai sekitar 15 persen. “Produktivitas kedelai di Indonesia sekitar 840.000 ton. Kalau kehilangan 10 persen saja, maka sekitar 84.000 ton kedelai terbuang sia-sia,” tegasnya.

Terkait upaya pencegahan kehilangan hasil pabnen itu, kementerian pertanian telah menyiapkan berbagai bantuan peralatan. Selain itu, kementerian pertanian juga akan meningkatkan peran penyuluh pertanian untuk mendampingi petani menekan angka kehilangan hasil panen kedelai. “Metode pendekatan untuk menurunkan angka kehilangan, berbeda di tiap daerah, sesuai dengan kultur kedaerahan masing-masing. Untuk itu peran penyuluh untuk mendampingi petani, perlu untuk terus ditingkatkan,” papar Dadih. (Hum/ich)

Tinggalkan Balasan