TALIABU, Selasa (20/2/2018), Suaraindonesia-news.com – Jembatan penghubung yang berada di Desa Wolio, Desa Habunuha, dan Desa Tabona, Kecamatan Tabona, merupakan akses satu-satunya yang di gunakan oleh masyarakat dalam bertani dan di bangun dengan swadaya.
Menurut Do salah satu warga Desa Tabona, Jembatan yang terbuat buat dari bahan kayu tersebut memiliki lebar kurang lebih 4 meter dan panjang 16 meter merupakan hasil dari biaya pribadi masyarakat dan tidak memiliki jangka panjang.
“Saya berinisiatif membuat jembatan penghubung walaupun dengan mengunakan biaya swadaya dikarenakan jalan ini yang merupakan akses tercepat untuk sampai tempat bekerja (bertani), ini demi keberlangsungan hidup tiga desa ini,” terangnya.
Menurut Yakup (65) warga Desa Tabona perlu dibangunya sebuah jembatan penghubung dikarenakan jika terjadi hujan besar maka jalur yang melewati sungai ini terpaksa tidak bisa dilalui disebabkan oleh ketingian air dan derasnya air sungai dan menggangu aktifitas bertani, dirinya juga mengaku terlibat dalam proses pembuatan jembatan tersebut.
“Saya dan masyarakat yang ada di tiga desa ini bergantung hidup sebagai petani dan ini merupakan jalan satu-satunya yang bisa kami lalui untuk pergi bertani akan tetapi jika terjadi hujan besar maka jembata tidak bisa dilalui dan kami tidak bisa melakukan aktivitas bertani namun dengan kehadiran jembatan ini dapat meringankan beban yang kami rasakan selama ini namun ini tidak terlalu kuat,” tuturnya.
Baca Juga: Bupati Abdya, Akmal Ibrahim Lantik Pejabat Eselon II
Lanjutnya, jika air besar jembatan bisa patah karna hanya terbuat dari kayu, dan Pembuatan jembatan kayu menelan biaya sekitar 10 juta lebih yang dimana merupakan kontribusi dari masyarakat 3 Desa setempat.
“Pengerjaan jembatan memakan waktu sekitar sebulan dikarenakan waktu pengerjaan ditentukan saat masyarakat tidak pergi bertani yaitu dihari jumat saja.” ungkapnya.
Dirinya berharap pemerintah daerah dapat melihat masalah masyarakat dan segera mengatasi masalah ini mengingat akses masyarakat yang bekerja sebagian besar adalah petani.
“Jika banjir datang maka kami kesulitan mencari nafkah mengingat jembatan ini bukan parmanen.” Keluhnya.
Reporter : Andri Permata
Editor : Amin
Publiser : Tolak Imam