JALAN RUSAK, WARGA TURUN TANGAN
Jember, suaraindonesia-news.com – Kekesalan wargaDesa Wonoasri, Kecamatan Temporejo, atas rusaknya jalan desa yang hingga kini masih belum mendapat sentuhan perbaikan dari pemerintah daerah akhirnya dimunculkan dalam aksi menanam pohon pisang di jalan tersebut pada Minggu (28/4/2013). Kondisi jalan yang rusak, diketahui mengakibatkan berkali-kali terjadi kecelakaan.
Tak hanya itu, warga juga mengeklaim bahwa kesalahan murni berada di pihak pemerintah. Jika dulu janjinya membangun desa menata kota, namun kenyataannya keadaan yang terjadi tidak demikian. Banyak fasilitas umum di pedesaan yang rusak dan menjadi pembiaran.
“Ini tidak sesuai dengan slogan Bupati yang katanya membangun desa menata kota. Karena kenyataannya banyak desa yang jalannya rusak berat, dan seakan dibiarkan saja,” kata Wahyudi, salah seorang pemuda Dusun Wonoasri. Dalam pengamatannya, 60 persen lebih, fasilitas umum dan jalan-jalan di pedesaan mengalami kerusakan. Hal tersebut kiranya bisa dijadikan evaluasi mengenai kinerja pemerintah yang hanya mementingkan pembangunan wilayah kota.
Seperti aksi yang terjadi di jalan utama Desa Wonoasri yang rusak parah dalam waktu yang cukup lama tersebut, menurut Wahyudi merupakan aksi protes dan kekesalan warga atas sikap pemerintah yang selalu tidak konsekwen dengan janji dan program-programnya.
Dikatakan, pernah ada petugas dari PU. Bina Marga yang menilik dan berjanji akan memperbaiki. Namun janji tersebut tak kunjung datang untuk mengobati kekesalan warga. Karena itu, warga jengah atas janji-janji pejabat yang sering kali hanya sebagai pemanis bibir saja, dan sarat dengan kepentingan.
Rusaknya jalan, telah memicu berkali-kali terjadinya kecelakaan. Dan aksi tanam pohon pisang di jalur utama Desa Wonoasri kemarin, diharapkan mampu membuka hati dan nurani para pemimpin negeri. Dengan aksi itu pula, diharapkan para pemimpin negeri bisa mengingat kembali akan fungsinya.
Walau diakui tanpa persiapan yang matang, namun saat aksi terjadi, tanpa dikomando warga banyak berdatangan membantu aksi tersebut. “Sepertinya kekesalan warga Desa Wonoasri sudah sama-sama mencapai titik jenuh. Tanpa intruksi sebelumnya, mereka berdatangan membantu,” kata Wahyudi di tengah kesibukan aksi tersebut.
Dari pantauan, diketahui kondisi jalan yang rusak mulai dari jalan yang berada setelah jembatan Blater hingga memasuki Desa Curahnongko. Kemudian jalan yang paling parah dan sering mengakibatkan kecelakaan, terletak pada jalan sebelum Pos Bantu Polsek Temporejo. “Sangat parah disini Mas, makannya kami kesal, kemudian kami tanami pisang dan padi,” kata Sungeb Hadi, salah seorang tokoh masyarakat di desa tersebut.
Menurut Sungeb, jalan yang rusak tersebut seakan tidak henti menelan korban. Terakhir, kecelakaan terjadi pada Sabtu malam, salah seorang warga Curah Takir, mengalami kecelakaan saat melintas di jalan tersebut. Korban mengalami kecelakaan akibat tidak ratanya jalan yang sangat parah dan mengakibatkan terpelanting keras sampai ke sawah. “Tidak hanya itu, sebelunya ada saudaranya warga sini dari Palembang, juga mengalami kecelakaan. Pokoknya sering sekali mengakibatkan kecelakaan,” tegas Sungeb.
Warga merasa, tuntutannya tersebut sangat logis. Karena selama ini, mereka tidak pernah terlambat dalam pelunasan pajak. Namun, terdapat fasilitas yang umum yang rusak, dibiarkan saja oleh pemerintah. Karena itu, warga menuntut tidak akan membayar pajak selama fasilitas umum yang berupa jalan raya di Wonoasri belum diperbaiki. “Kami tidak akan membayar pajak jika jalan ini tidak segera di perbaiki,” kata Sugiono, salah seorang warga yang lain.
Masyarakat akan terus membiarkan pohon pisang memblokir jalan sampai dinas PU Bina Marga melakukan perbaikan jalan. Sebenarnya sudah pernah ada pemeriksaan jalan. Namun sampai sekarang tidak ada realisasi yang nyata. “Jangan hanya janji, kami butuh bukti,” tegas Sugiono.
Reporter : Bis