Probolinggo, Suara Indonesia-News.Com – Bias insiden penyerangan terhadap umat Islam di Tolikara – Papua saat melakukan Sholat Idul Fitri-1436-H pada Jum’at 17-Juli lalu, yang dilakukan oleh sekelompok pemuda Gereja Injil Di Indonesia (GIDI), yang mana dalam insiden tersebut mengakibatkan 70 bangunan termasuk Masjid terbakar, membuat seluruh umat beragama di Indonesia menyesalkan terjadinya insiden tersebut.
Untuk menghindari terjadinya tindakan anarkisme dan kekerasan yang mengatas namakan Agama yang berdampak pada degradasi bangsa NKRI pecah, seluruh FKPD bersama FKUB di masing – masing Daerah Kota/Kabupaten di NKRI mengambil sikap dengan menggelar Deklarasi Pernyataan Sikap Kerukunan Umat Beragama yang berlandaskan Panca Sila dan UUD 1945.
Jum’at (24/7/15) Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kota Probolinggo yang terdiri dari Wali Kota, Kapolres, Komandan Kodim 0820, Kajari, dan Kepala PN bersama dengan Tokoh Lintas Agama Kota Probolinggo, diantaranya Tokoh Agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buda, dan Kong huchu di Gedung Shaba Bina Harja Pemkot Probolinggo melakukan ikrar dan penandatanganan Deklarasi Pernyataan Sikap Kerukunan Umat Beragama untuk antisipasi jangan sampai terjadi insiden antar umat beragama seperti yang terjadi di Tolikara – Papua pada Jum’at (17/7/15) lalu.
Deklarasi Pernyataan Sikap antara FKPD Kota Probolinggo dan Tokoh Lintas Agama yang diikrarkan oleh Tokoh Lintas Agama tersebut adalah : 1). Tetap setia dan menjunjung tinggi Panca Sila dan UUD RI 1945. 2). Setia dan menjaga keutuhan NKRI. 3). Menjaga sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama tetap tidak tertekan atau terprovokasi isyu – isyu yang bermuatan sara. 4). Menolak adanya tindakan anarkis dan kekerasan dalam bentuk apapun yang mengatas namakan Agama.
Sementara itu Ketua MUI Kota Probolinggo KH. Masruhin Achmad meminta agar pertemuan antar Lintas Tokoh Agama dilakukan secara rutin dan terjadwal. Tujuannya agar kalau ada isyu – isyu sekecil apapun tentang agama atau letupan – letupan sekecil apapun tentang agama bisa segera dinetralisir.
“Karena letupan besar itu berawal dari letupan kecil yang diabaikan, dan keyakinan itu merupakan masalah yang sangat krusial”, ungkap KH. Masruhin Achmad. (Singgih).