ETNO-TERARIUM: Sebuah Pesan Menjaga Cagar Budaya

oleh -157 views

Reporter: Adhi

Surabaya, suaraindonesia-news.com – Peristiwa memilukan kembali terjadi, kali ini rumah Budaya bekas radio perjuangan Bung Tomo yang berpidato pada saat masa merebut kemerdekaan Indonesia yang terletak di Jl. Mawar 10-12, Tegalsari, Surabaya  musnah dan rata dengan tanah. Bangunan yang sarat akan nilai historis tersebut akibat kepentingan bisnis dan keuntungan ekonomi semata dihancurkan dengan waktu yang sangat singkat. Padahal, dari tempat itu sendiri, peristiwa 10 November dimana dengan kata-kata yang sangat membakar ‘Merdeka atau mati’ itu membuat semangat juang arek-arek Suroboyo berlipat ganda. Padahal tempat yang berdiri sejak 1935 dan sempat menjadi sasaran pada serangan bom sekutu di 1945 tersebut telah mendapat SK Walikota Surabaya Nomor 188.45 tahun 1998 sebagai cagar budaya Indonesia. Hal ini menandakan bahwa intervensi Negara dalam melindungi cagar budaya perlu dipertanyakan.

Civitas akademika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) melihat keprihatinan tersebut sebagai moment reflektif dengan membuat kritik dengan penyerahan etno-terarium sebagai suatu pesan menjaga cagar budaya dari UMSurabaya untuk pemerintah. Momen Kuliah umum dalam rangka Darul Arqam Madya (DAM) dengan tema ‘Reposisi gerakan mahasiswa dalam mengadapi hegemoni neo-liberalisme’ tersebut menjadi momen bagi Rektor UMSurabaya selaku representasi dunia akademik, Sukadiono untuk diberikan kepada Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai representasi Pemerintah sebagai bentuk kritik bahwa bagi Sukadiono Etno-Terarium yang merupakan produk karya inovasi mahasiswa UMSurabaya yang menyatukan nilai-nilai budaya didalam akuarium tersebut sebagai bentuk pesan dunia kampus kepada Pemerintah.

“Hal ini sebagai momentum penting untuk menegaskan bahwa UMSurabaya akan terus mengawal kebijakan Negara dalam rangka melindungi cagar budaya walaupun dan bentuk melawan hegemoni neo-liberalisme yang membuat nilai cagar budaya semakin tidak berharga, kita harus bersuara keras,” ujarnya.

Zaki Astofani selaku perwakilan IMM Kota Surabaya mengatakan bahwa fakta penghancuran rumah radio Bung Tomo tersebut merupakan pukulan telak bagi symbol perjuangan kemerdekaan yang dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan pemodal.

“kita sebagai mahasiswa ada di garda terdepan untuk mengawal kebijakan Negara yang menciderai nilai budaya”, imbuhnya.

#save rumah radio bung tomo

Tinggalkan Balasan