Reporter : Adhi
Surabaya, Suara Indonesia-News.Com – Erupsi Gunung Bromo ternyata tidak hanya tercatat sebagai bencana, namun juga mencatatkan sejumlah kerugian materiil akibat menurunnya jumlah wisatawan di kawasan Taman Nasional milik Jawa Timur ini.
Fariana Prabandari, Kepala Bidang Wilayah 1 Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), menjelaskan dalam tiga bulan selama Erupsi tersebut, jumlah wisatawan turun sebesar 43%.
“Dalam tiga bulan terakhir mengalami penurunan, pasti. Terutama dipintu masuk Cemoro Lawang, Wonokitri, sama Tupang. Itu tiga pintu masuk asal muasal wisatawan yang akan berkunjung ke laut pasir dan Gunung Bromo,” ungkap Fariana, disela koordinasi dengan TNI di Surabaya, Kamis (21/1/2016).
Sedangkan jumlah kerugian materiil yang diakibatkan penurunan jumlah wisatawan tersebut, mencapai Rp 21 milyar hanya dari tiga pintu masuk kawasan Bromo tersebut.
Dikatakannya, total kerugian sebanyak itu lantaran banyaknya jasa wisata yang terdampak, antara lain jasa penyewaan Jeep, jasa penyewaan Kuda, dan jasa penyewaan Penginapan baik Hotel maupun Homestay.
“Total dari semua jasa wisata, Probolinggo itu Rp 10,2 M; Malang Rp 5, sekian M; dan Pasuruan Rp 4,8 M, total dari tiga pintu masuk itu Rp 21 Milyar,” tambahnya.
sementara itu Erupsi Gunung Bromo masih berlangsung, hingga hari ini, Kamis (21/1/2016) tapi tetap aman dikunjungi untuk tujuan wisata, asal pengunjung mematuhi aturan.
“Misalnya tidak mendekati kawah Bromo dengan radius yang sudah ditentukan. Atau tidak mengunjungi kawasan-kawasan yang tidak diperbolehkan. Itu wajib,” terang Supoyo Ketua Masyarakat Tengger.
Supoyo menambahkan dengan kondisi saat ini Gunung Bromo tetap masih terlihat indah dan eksotis. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah ketaatan pada aturan lokal seiring dengan masih terjadinya erupsi saat ini.
“Oleh karena itu, kami tetap berpedoman pada informasi-informasi resmi dari pihak PVBMBG. Serta kearifan lokal masyarakat Tengger. Ini penting dan pengunjung wajib patuh,” kata Supoyo yang juga anggota DPRD Probolinggo
Namun demikian, sesuai analisa PVBMBG bahwa erupsi yang terjadi di Gunung Bromo adalah siklus 5 tahunan. Dan itu dimaknai warga Tengger sebagai anugerah untuk menjaga kesuburan dan keindahan Bromo.
“Kami berharap masyarakat nasional dan internasional memahami bahwa di saat erupsi sekalipun Bromo tetap indah dan eksotis. Asal wisatawan patuh pada aturan yang sudah ditetapkan,” kata Supoyo.
TNI AD sendiri melalui Kapendam KodamV Brawijaya dengan dibawah perintah DAndim Probolinggo sudah menugaskan anggotanya utk ikut memantau pergerakan bromo dan menyiapkan jalur evakuasi jika bromo meletus.













