Dikabari Kades Tolak Prona, Ferry Tak Percaya

oleh -134 views
Ferry Meneteri Agraria

Kota Batu, Suara Indonesia-News.Com –  Dikabari kalau  Para Kepala desa (kades) di kota Batu menolak Program Agraria Nasional (Prona)  atau yang biasa disebut sertifikat massal,  Ferry Mursyidan Menteri Agraria Dan  Tata Ruang  dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tidak mempercayainya

Ia beralasan, Karena program   tersebut sudah berjalan 96 persen,  selain itu program tersebut diperuntukan untuk masyarakat itu adalah  memberikan keringanan pada masyarakat khususnya petani yang berada di desa, program tersebut pemerintah telah memberikan subsidi. Dengan harapan agar dapat meringankan beban masyarakat.  

Tidak percayanya penolakan oleh  para kades  itu  disampaikan Ferry usai membuka seminar pemetaan pertanahan yang baik, dengan tema Mewujudkan pembangunan berkelanjutan  pengelolahan administrasi pertanahan yang baik di Club Bunga, Kota Batu Jawa Timur,  Kamis (19/11/2015)

 Dihadapan wartawan, Akademisi,  kepala Badan informasi  Geopasial, dan Ikatan Suvayer Indonesia (ISI)  dan Mahasiswa ITN Malang, Ferry secara tegas menuding pernyataan itu salah, karena  program prona itu sudah berjalan sesuai target, malah sekarang ini program tersebut sudah berjalan 96 persen dan banyak masyarakat program tersebut untuk dilanjutkan.

Ia tidak yakin, program untuk membantu para petani  itu ditolak oleh kepala desa, “Kalau ada kepala desa yang menolak  yang dialihkan saja kepada desa lain, karena banyak desa-desa  itu yang sangat menantikan kehadiran program tersebut” Kata Dia   

Kalau memang benar adanya informasi itu kata dia, pemerintah akan terus melanjutkan program prona ini hingga 100 persen tuntas. “Bila ada penolakan oleh kepala desa dan warga kemungkinan  mereka dilatarbelakangi pada unsur politis “ kata Ferry

Seperti diketahui, Asosiasi Petinggi dan lurah  (APEL) se  kota Batu ini  belakangan  menolak program pemerintah pusat itu  karena  program tersebut dinilai  rawan  dimainkan dan dimanfaatkan  untuk kepentingan  lawan politik, mereka lebih memilih  program lain yang tidak gampang ditumpangi Politik. (Adi Wiyono).

Tinggalkan Balasan