Reporter : Nora/Luluk
Sampang, suaraindonesia-news.com – Rencana pengungsi Syiah, pimpinan Tajul Muluk, untuk mudik lebaran di kampung halamanya, dipastikan gagal.
Sebab, pihak keamanan baik dari jajaran kepolisian Sidoarjo maupun Sampang, menghimbau agar Tajul Muluk beserta pengikutnya, tidak pulang ke Madura dengan pertimbangan keamanan.
“Kami sangat kecewa dengan aparat keamanan. Sebab, tujuan kami adalah silaturahmi dan ziarah ke makam saat lebaran nanti, itupun hanya dua hari,” ucap Tajul Muluk di balik sambungan telepon selulernya, Minggu (3/7).
Lebih lanjut Tajul mengatakan, kerinduan pengikutnya kepada sanak famili di Kampung Gading Laok, Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang dan Kampung Nangkernan, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, sudah semenjak 4 tahun silam pasca kerusuhan dan hingga saat ini belum bisa terobati.
“Kalau memang kami dilarang pulang kampung, pemerintah harus bisa memfasilitasi para famili kami datang ke Sidoarjo, jangan melarang tapi tidak bisa memberikan solusi, karena perlu diketahui, bahwa kami bukan pendendam, kami bukan benci meskipun rumah dan harta kami telah dibakar,” tegasnya.
Tak hanya itu, dengan tersiar kabar rencana kepulangan pengungsi Syiah ini, Tajul Muluk mengaku telah menerima ancaman dan teror dari orang tak dikenal.
“Belum pulang kampung saja kami sudah di ancam, terutama famili kami yang ada di Kecamatan Omben,” tuturnya.
Sekedar diketahui, terkait rencana kepulangan Tajul Muluk dan pengikutnya untuk merayakan lebaran 1437 H di Sampang, beberapa waktu lalu disikapi oleh Forum Komunikasi Pimpinan Kepala Dareah (Forkopimda) beserta sejumlah ulama setempat dengan mengelar rapat. Alhasil, dari keputusan rapat tersebut, kepulangan Tajul Muluk mendapat penolakan dari para Kyai dan warga setempat.
“Hasil rapat tersebut, warga dan Ulama keberatan jika Tajul Muluk dan pengikutnya pulang ke Sampang, tak lain hanya karena unsur keamanan,” kata Fadhilah Budiono, Wakil Bupati Sampang.