Reporter: Liq
Sumenep, Selasa (15/11/2016) suaraindonesia-news.com – Dr KH. A. Busyro Karim, M.Si Bupati Sumenep, Madura Jawa Timur menjadi Inspektur upacara Apel Besar Kebhinikaan cinta damai pagi tadi dihalaman Mapolres setempat, Selasa (16/11/2016).
Upacara Apel Besar Kebhinekaan Cinta Damai dihadiri lansung oleh Wakapolres Sumenep, Kompol Sutarno, S.Sos Bupati Sumenep Dr.KH. A, Busyro Karim, M.Si, Kemenag Sumenep H. Sadiq.
Bupati Sumenep Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si mengatakan dalam apel besar kebhinekaan cinta damai mengambil tema, “Hikma Hari Pahlawan Ke 71 2016.
“Kita tingkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat guna mewujudkan persatuan dan kesatuan NKRI yang kokoh. Karena tema ini sangat tepat dan sangat relevan bagi tuntutan masyarakat saat ini,” jelasnya.
Menurutnya, kegiatan ini sebagai bentuk respon terhadap perkembangan lingkungan strategis baik tataran regional, nasional maupun global yang bergerak begitu cepat dan dinamis. Terutama yang berimplikasi pada aspek keamanan dan ketertiban. Saat ini banyak kejadian-kejadian yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, dan jangan sampai kita terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kita sebagai warga negara sesuai profesi masaing-masing baik aparat pemerintah, Polri, TNI, maupun elemen masyarakat lainnya, dalam rangkat mencapai prikehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur serta patriotisme progresif kita semua harus mengembangkan ketahanan bangsa sehingga kita bisa mandiri dalam ekonomi,” imbuhnya.
Ia menambahakan, Melalui momentum peringatan hari pahlawan 10 November 2016 yang dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, dari situ bisa mengambil hikma yang terkandung nilai-nilai luhur yang diwariskan, mempunyai 4 pilar kebangsaan artinya ada 4 tiang penyangga yang sam-sama kuat untuk menjaga keutuhan berkehidupan kebangsaan indonesia. Yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kita ketahui bersama pada tanggal 4 November 2016 unjuk rasa yang di lakukan diJakarta berakhir dengan ricu,kita sebagai warga negara yang baik harus berani menolak sikap anti pluralisme dan anarkisme dari konflik sosial yang berakar radikalisme dan fanatisme,” pungkasnya.