BLORA, Jumat (26/09) suaraindonesia-news.com – Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, bersama Pertamina dan Universitas Gadjah Mada (UGM), meresmikan Embung Watu Macan di Desa Megeri, Kecamatan Kradenan, Kamis (25/9/2025).
Peresmian fasilitas yang dibangun melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina ini dihadiri sejumlah pejabat, antara lain Kepala Pusdiklat Kementerian Kehutanan, Direktur Pembangunan Sarpras Kementerian Desa PDTT, Direktur Penunjang Bisnis Pertamina, Bupati Ngawi, Wakil Rektor UGM, serta Dekan Fakultas Kehutanan UGM.
Embung dengan luas 1,84 hektar dan kapasitas tampung 10.000 m³ ini dibangun atas kolaborasi Pertamina dan UGM. Fasilitas tersebut ditujukan untuk mengairi sekitar 30 hektar sawah dan kebun, sekaligus mendukung pengembangan 40.000 hingga 50.000 pohon buah, seperti durian dan kelengkeng. Proyek ini diproyeksikan memberi manfaat langsung bagi sekitar 175 keluarga, termasuk 450 KK di Desa Megeri (Blora) dan 625 KK di Desa Selopuro (Ngawi).
Bupati Arief Rohman menyampaikan apresiasinya atas terwujudnya Embung Watu Macan.
“Saya merasa seperti mimpi. Dulu saat saya ke sini bersama Mas Pratomo, belum ada apa-apa. Sekarang sudah berdiri embung sebagus ini. Harapannya, keberadaan embung ini bisa menjadi percontohan dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.
Ia juga menyinggung pembangunan Bendungan Karangnongko yang sedang berlangsung. Menurutnya, Pemkab Blora tengah berupaya agar masyarakat terdampak relokasi dapat tetap tinggal di sekitar kawasan untuk menjaga ikatan sosial dan sejarah warga.
“Pemkab Blora siap bersinergi dengan Pertamina agar manfaatnya semakin luas, termasuk dalam pengembangan akses jalan dan potensi wisata,” tambahnya.
Komisaris Independen PT Pertamina (Persero), Condro Kirono, menegaskan pembangunan embung ini hadir sebagai solusi persoalan air di wilayah rawan kekeringan.
“Dengan kapasitas 10.000 m³, embung ini diharapkan mampu menunjang kebutuhan pertanian, agroforestri, hingga pariwisata. Harapannya, kawasan ini dapat berkembang menjadi eko-eduwisata, yang menggabungkan keindahan alam dengan edukasi konservasi dan kearifan lokal,” jelasnya.
Hasil riset UGM mengenai jenis tanaman yang sesuai, seperti durian dan kelengkeng, juga disebut dapat memperkuat ekosistem ekonomi baru berbasis pertanian dan wisata di kawasan tersebut.
