Buah Pala Terus Mengecil Petani Terancam Gagal Panen

oleh -141 views
Ilustrasi

Tahuna, Suara Indonesia-News.Com – Tak dapat dipungkiri lagi dampak kemarau yang cukup panjang ini, turut pula mempengaruhi kondisi sejumlah komoditi andalan di daerah. Buah pala salah satunya yang harus terkena imbas atau dampak dari musim kemarau.

Kepada media ini, sejumlah petani lokal rata-rata mengeluh soal kondisi buah pala yang menyusut dari waktu ke waktu. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Jeck Laramu petani pala asal Kampung Bowongkulu, Kecamatan Tabukan Utara.

“Kondisi buah pala rata-rata menyusut drastis akibat pengaruh panas matahari. Bahkan, beberapa diantaranya gagal sebelum panen tiba. Tak heran, bila harga pala pun merosot tajam,” aku Jeck, Rabu kemarin.

Hal senada juga turut diakui oleh petani lainnya asal Tamako, Verdy Lamada, yang tidak bisa berbuat apa-apa soal tanaman palanya.

“Kami hanya bisa berharap semoga cuaca ini cepat berlalu dan digantikan oleh hujan. Semoga Tuhan dapat menjawab doa-doa kami ini dengan menurunkan air hujan. Kami tidak harus mencari di mana lagi bila seluruh tanaman pala kami sudah kering,” papar Verdy yang nampak khawatir dengan kondisi tanaman palanya Terpisah.

Salah seorang petani lainnya asal Tamako, bernama Jessy, mengaku, terpaksa menyiram beberapa pohon palanya yang mulai kelihatan mengering dengan air.

“Kasihan ini pohon pala, rata-rata sudah mengering. Beberapa hari yang lalu saya harus mengangkut air dari rumah hanya untuk menyiram sejumlah pohon yang nampaknya sudah sangat parah,” ketus Verdy penuh keprihatinan.

Kepada Swara Kita, salah satu Pegiat LSM Sangihe, Victor Layuk mengatakan, para petani pala hanya dapat menggunakan cara-cara konvensional untuk mengatasi ancaman kekeringan pada sejumlah tanaman.

“Saya kira baik petani maupun pemerintah hanya dapat menggunakan cara konvensional saja, yakni dengan cara menyiram tanaman yang sudah mulai mengering. Walaupun, dampaknya diketahui tidak terlalu signifikan. Sementara, akses untuk membawa air sangat terbatas mengingat medan atau lokasi pohon-pohon pala berada pada dataran tinggi dan tak jarang berada pada daerah terjal,” ucap Layuk.

Wakil Bupati Sangihe, Jabes E Gaghana ME, ketika dimintai pendapatnya mengatakan, agar para petani yang berada dikebun lebih berhati-hati terutama saat sedang membuat api pembakaran.

“Sekarang serba kering di mana-mana, karena itu kita perlu ekstra hati-hati terutama ketika membakar dahan atau ranting. Sebab, ketika lengah sedikit saja ancaman kebakaran akan lebih mudah terpicu. Untuk sementara waktu, para petani harus lebih bersabar dan berhati-hati,” himbau Gaghana, Rabu kemarin.

Sementara itu, harga komoditi pala sejauh ini khusus untuk pala A per kilonya adalah Rp.59 ribu rupiah. Sedangkan, fully pala perkilonya masih Rp.120 ribu. (Handry)

Tinggalkan Balasan