KOTA BATU, Selasa (23/7/2019) suaraindonesia-news.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai ancaman dan bahaya musim kemarau di Kota Batu, Jawa Timur.
Ada tiga ancaman dan bahaya musim kemarau tahun 2019 ini yang sewaktu-waktu bisa terjadi yakni kekeringan, kebakaran hutan dan lahan hingga konflik sosial yang berujung pada perebutan air irigasi.
“Dalam rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait bertujuan untuk pencegahan dan ancaman bencana kemarauyang dilakukan beberapa hari lalu, ada 3 potensi ancaman bencana yang dapat terjadi di Kota Batu. Kekeringan lahan pertanian, kebakaran lahan dan kekeringan, dan konflik sosial berebut air bersih,” ujar Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Ahmad Choirur Rochim.
Ia menjelaskan, untuk kekeringan lahan pertanian wilayah yang berpotensi adalah Pendem, Gunungsari, dan Bulukerto. Untuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Wilayah yang berpotensi adalah Taman Hutan Rakyat Raden Soeryo yang berada di Lereng Gunung Arjuno, Gunung Panderman, Gunung Butak, lahan warga dan hutam yang ada di wilayah KPH Pujon.
Adapun untuk potensi kebakaran hutan dan lahan ada 3 faktor yang menjadi penyebab. Pertama, karena aktifitas pendakian oleh pendaki yang tak bertanggung jawab, aktivitas masyarakat yang mencari nafkah di hutan, serta faktor alam atau cuaca panas.
Kondisi ini, kata Rochim juga bisa memicu terjadinya konflik sosial dimana banyak kelompok masyarakat petani yang saling rebutan air irigasi. Khusus untuk konflik sosial ini, BPBD Kota Batu mengacu pada data beberapa tahun terakhir dimana ada 4 konflik sosial yang terjadi. Mengingat setiap musim kemarau ketersediaan debit air selalu menurun.
Dan untuk mewaspadai musim kemarau yang diperkirakan hingga bulan November ini, kata Rochim, pihaknya telah mendirikan Posko Kesiapsiagaan Bencana di 3 titik. Yaitu, Posko Gunung Banyak, Posko Gunung Panderman, dan Posko Sumberbrantas.
“Adapun Posko BPBD Punten akan dijadikan sebagai pusat dalam inventarisasi perlatan dan tempat koordinasi dengan instansi terkait,” jelas Rochim.
Rakor persiapan ini menjadi penting dilakukan, mengingat tahun 2015 terjadi el nino yang mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan di Tahura Raden Soeryo. Saat itu hutan dan lahan seluas 30 hektar hangus dilalap api.
Diketahui, luasan hutan di Kota Batu mencapai 11.000 hektar dengan pengawasan 12 personil untuk KPH Pujon, dan 6 personil dari Tahura Raden Soeryo.
Ditambahkan Staff Analisa dan Informasi di Stasiun Klimatologi Malang, Selina Ayuningtyas bahwa kerawanan bencana musim kemarau sudah terlihat sejak bulan Mei lalu. Menurut prakiraan BMKG puncak musim kemarau pada bulan Agustus dan Oktober.
“Potensi kekeringan ekstrim sudah terlihat di awal Mei. Tapi tidak menutup kemungkinan kekeringan akan berlanjut hingga bulan November. Hal ini terindikasi dengan turunnya curah hujan secara signifikan,” jelas Selina.
Selain itu dari monitoring yang dilakukan untuk hari tanpa hujan sejak 30 juni – 10 juli 2019 seluruh wilayah Jatim terdeteksi kekeringan ekstrim. Sedangkan untuk prakiraan curah hujan tiga bulan hingga Oktober kedepan di Kota Batu dan Malang Raya tidak ada hujan. Lebih parahnya lagi, jika terjadi el nino seperti tahun 2015, musim kemarau bisa berlangsung hingga bulan November.
Reporter : Adi Wiyono
Editor : Amin
Publisher : Mariska