Reporter: Rusdi Hanafiah
Aceh Tamiang, 24/07/2016 (Suaraindonesia-news.com) – Sejumlah kalangan mempertanyakan diklat Kepala Desa atau datok penghulu se-Aceh yang digelar di Bali mulai 18-23 Juli 2016.
Seperti yang disampaikan oleh Azhar ketua umum GRAM Aceh. Dirinya mempertanyakan kenapa diklat tersebut harus ke Bali, karena dengan diklat ke Bali, mereka hanya menghabiskan uang rakyat.
“Ada apa sebenarnya di Bali? Mengapa diklat para Datok Se Aceh Tamiang harus ke Bali? Apakah di Aceh itu tidak ada fasilitas yg memadai? Sehingga harus mengeluarkan uang rakyat miliaran rupiah hanya untuk mengadakan diklat?,” ungkap Azhar Ketua Umum GRAM Aceh, kepada Suaraindonesia-news.com, Minggu (24/7/2016).
Menurutnya, Sungguh sangat disayangkan, disaat rakyat sedang berjuang keras untuk hidup dan melepaskan diri dari kemiskinan, terkadang untuk sesuap nasi pun susah, sementara pemimpinnya yang diduga malah berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang rakyat ke Luar Daerah, bukankah jika diklat tersebut yang dihadiri sejumlah Datok Penghulu (kepala desa-red) bisa diadakan di daerahnya sendiri.
Ia menambahkan, keberangkatan studi banding datok ke pulau dewata tersebut, sudah menjadi buah bibir masyarakat seputaran Aceh, lantaran keberadaan datok penghulu disana diduga tidak hanya diklat, melinkan juga hanya jalan-jalan, hal itu terbukti karena bermunculan foto-foto di Facebook para datok dengan cewek yang berpakaian bikini. seharusnya kujungan tersebut tidak menggunakan uang desa dan akan menghemat uang rakyat dan uang selebihnya bisa dibagikan kepada rakyat nya.
Diklat tersebut diikuti sebanyak 67 peserta yang meliputi para datok penghulu dan perangkatnya dari 36 kampong se Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang.
Ia menambahkan, Study banding Datok ke Bali, dalam rangka pendidikan dan pelatihan itu dibuat oleh Pusat Studi Pembangunan Daerah (PSPD) belum lama ini. seharunya dana yang digunakan bisa membantu masyarakat yang membutuhkan untuk membeli sesuap nasi dan diklatnya bisa menjadi diklat yang kreatif dan bernuansa sosial.
“Salam kecewa kepada para Datok-Datok (Geuchik2) di Aceh Tamiang baru saja menikmati indahnya pulau Dewata.” Cetus Azhar.