Suara Indonesia-News.Com, Kota Batu – Empat puluh ( 40 ) tahun lebih, warga asli kelahiran jl. Kawi Gg. II Kota Malang ini menekuni kerajinan tangan yang sudah banyak dikenal kolektor batu permata dan batu akik, ” kuncinya harus sabar, telaten, dan pelayanan maksimal untuk konsumen, ” ungkap Andi Wardoyo, dikediamannya. Dusun Sebaluh. Pujon. Minggu (22/03/2015).
Menurutnya, kerajinan ini bukanlah pekerjaan turun temurun, ini berawal saat saya muda dulu. Sekitar umur 17 Tahun, Saat itu, saya membantu tetangga yang kebetulan perajin ikat permata ( emban ) asli Banjarmasin Kalimantan
Hasil membantu tetangga itu saya bisa membuat sendiri emban hingga saat ini. Dan sekarang, tiap bulan bersama tiga karyawan bisa menghabiskan 9 ons perak, saat ramai heboh permata dan akik seperti tahun ini bisa mencapai 1.5 kg perak setiap bulannya.
Pengalaman terburuk Wardoyo, kata dia, ketika suatu hari di tahun 1991 harus mengganti batu permata jenis Kalimaya seharga 1 juta tahun itu kepada konsumennya atas kelalaiannya menghilangkan batu permatanya. Dasar pengalaman itu maka sampai saat ini kami sangat hati hati dan pelayanan kami dikedepankan.
Dasar pengalaman itu pula saat ini, kata Wardoyo, saya bisa melihat ciri ciri batu permata asli dan masakan, kalau asli seperti terlihat ada uratnya, sinar, karakter batu, kekerasan batu yang dengan alat reflektor akan bisa terdeteksi. Kalau yang palsu jelas beda, dipegang saja sudah terasa.
Saat ini, kata dia, saya sengaja menerima permata dari menengah ke bawah saja, yang nilai batu permatanya kisaran dibawah 200 juta, kalau permata di atas nilai itu maka saya tidak berani terima karena alasan keamaman.
Karena, kata suami dari Siti Asminiati ini, syarat untuk dapat membuat pengikat permata atau emban adalah harus meninggalkan permatanya di sini, agar mendapatkan ukuran dan letak permata yang bagus dan bernilai seni tinggi. (kurniawan).














Om bisa pesen emban perak model gothic ya