Reporter : Anam
Malang, Suara Indonesia-Nrws.Com – Beberapa hari yang lalu, Minggu dini hari (20/03/2016) kota Malang dikejutkan dengan tawuran mahasiswa antar daerah (mahasiswa ambon, maluku dan sumba NTT, Red) dikawasan kampus Wisnu Wardhana kota Malang.
Dalam tawuran yang terjadi dini hari tersebut, terindentifikasi 1 mahasiswa tewas dari Maluku dan kelompok lain dari mahasiswa sumba.
Terlepas dari apa faktor yang melatar belakangi terjadinya tawuran tersebut, kita sebagai mahasiswa tentu sangat prihatin dengan kejadian itu. Ujar Harianto
Ketua Umum/formateur HMI cabang Malang 2016/2017.
“Mahasiswa sejatinya merupakan gelar yang sangat pretise dalam strata sosial dikarenakan jiwa muda dengan wawasan yang luas, cara berfikirnya yang kritis, objektif dan ilmiah serta bisa dikatakan sebagai arus utama generasi masa depan bangsa, justru melakukan aksi yang jauh dari budaya mahasiswa,” kata Harianto.
Menurut Harianto, Dengan adanya kasus tawuran tersebut kita harus bersama-sama introspeksi diri tentang peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa. Peran yang begitu besar diemban oleh mahasiswa sebagai agen of change dan agen of social control harus benar-benar terjiwai oleh setiap insan Mahasiswa.
“Disisi lain Masyarakat indonesia sangat bergantung dengan peranan mahasiswa dalam konteks membangun bangsa dimasa mendatang,”jelas Harianto.
Dikatakan Harianto, Kota Malang merupakan kota Pendidikan dengan Ratusan ribu mahasiswa dari berbagai daerah di nusantara.
“Bagi saya bisa dimaknai sebagai cerminan keberagaman bangsa. Kesadaran akan keberagaman agama, budaya, suku dan ras harus dimanfaatkan sebagai ruang bersosial bagi mahasiswa,”ucapnya.
Harianto juga mengatakan, melalui pendekatan wadah-wadah organisasi kemahasiwaan yang ada, mahasiswa diharapkan akan memiliki kegiatan positif diluar jam belajar kampus baik kegiatan-kegiatan keintelektualan maupun ruang aktualisasi lainnya.
Ditambahkan Harianto, Wadah organisasi juga bisa dijadikan sebagai strategi memperkuat jiwa Nasionalisme yang terbangun dari interaksi mahasiswa antar daerah yang tergabung bersama dalam aktivitas organisasi diluar jam kuliah. Dengan mendorong mahasiswa lebih aktif diluar jam belajar akan mengurangi ego kedaerahan dengan aktif berkegiatan bersama mahasiswa lintas daerah, namun tanpa mengurangi identitas daerah masing-masing.













