SUMENEP, Minggu (20/2/2022) suaraindonesia-news.com – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang terjadi selama beberapa hari terakhir ini membuat nelayan di Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tidak melaut.
Akibatnya, para nelayan rata-rata sudah tidak melaut sudah hampir 1 minggu akibat tidak mendapatkan bahan bakar.
Sitama, salah satu nelayan Kecamatan Sapeken mengatakan, BBM jenis solar di Sapeken sudah beberapa hari terakhir sulit didapat karena langka.
“Kami meminta pemerintah dan pihak berwajib agar menindak tegas Mafia BBM jenis solar jangan di biarkan merajalela,” tegasnya. Minggu (20/2).
Sementata kata dia, 2 APMS (Agen Premium dan Minyak Solar) yang ada di Sapeken tidak buka, sehingga membuat nelayan kesulitan mendapatkan BBM.
“Solarnya di tahan, di Pulau-pulau sekitar sudah di harga 10 ribu/liter, di APMS/POM dijual 6500-7000. Melebihi HET, itupun di mainkan,” terang Sitama.
Sementara Badrul Aini, wakil rakyat asal dapil Kepulauan Sapeken, berharap oknum Mafia BBM di Kepulauan Sapeken segera di tindak tegas oleh pemerintah.
“Saya meminta agar ijin APMS yang nakal segera di cabut, ini sudah berkali-kali dilakukan, ribuan nelayan menderita, mana sangsi tegas kalian para pemegang kebijakan,” tegas Badrul.
Badrul mengaku jika dirinya merasakan langsung kelangkaan BBM yang terjadi di Pulau Sapeken karena ia langsung turun ke Pulau Sapeken.
“Kelangkaan BBM saya rasakan langsung, karena saat ini saya sedang kunjungan langsung ke Pulau Sapeken, dan saya mengalami apa yang dialami nelayan, karena kapal yang saya naiki mati di tengah perjalanan karena BBM tidak mencukupi, dan untuk mendapatkan BBM selain sangat susah di dapat juga harga sangat mahal,” terang wakil rakyat dari PBB ini.
Sementara H. Ardi selaku pemilik APMS 56.694.06 saat dihubungi Media ini menepis apa yang di Sampaikan Badrul Aini, menurutnya tidak semua apa yang disampaikan itu benar.
“Kalau APMS dikatakan menahan atau menyimpan BBM itu tidak benar, cuma mungkin Badrul Aini kebetulan lewat dan kebetulan BBM sedang kosong,” terang H. Ardi. Minggu (20/2).
Dan mengenai harga kata H. Ardi APMS tidak pernah memainkan harga.
“Kalau di APMS kita keluarkan layaknya harga yang sudah ditetapkan pemerintah,” ujarnya.
“Kalau di pengecer Sapeken sendiri normal saja, antara 600-6500, entah kalau di Pulau,” imbuhnya.
Masih menurut H. Ardi, masalah kelangkaan memang sedang langka karena keterlambatan pengiriman dari pihak pertamina karena adanya kerusakan kapal.
“Namun saya pastikan dua hari kedepan insya Allah tengker sudah masuk lagi ke Sapeken,” ujarnya.
H. Ardi juga menjelaskan bahwa hari ini Muspika sudah memeriksa ke APMS dan tidak ditemukan ada nya penimbunan karena memang sedang kosong.
“Di APMS saat ini memang sedang kosong karena adanya keterlambatan pengiriman,” jelasnya.
Menurutnya, sebelumnya memang mendapat kiriman solar sebanyak 56 ton, dan sebagian sudah di bagikan ke sub penyalur ke Pulauan dan Sapeken sebanyak 40 ton.
“Dan sisa 16 ton di ecer untuk nelayan di APMS dan itu hanya bertahan 4 hari, kalau di Pulau pasti masih ada,” tukasnya.
Untuk diketahui, di Pulau Sapeken ada dua APMS (Agen Premium dan Minyak Solar), yaitu APMS 56.694.05 dan APMS 56.694.06.
Reporter : Zai
Editor : Redaksi
Publisher : Syaiful