Menhan: Aparat Keamanan Harus Netral Dalam Pilkada - Suara Indonesia
Example floating
Example floating
Politik

Menhan: Aparat Keamanan Harus Netral Dalam Pilkada

×

Menhan: Aparat Keamanan Harus Netral Dalam Pilkada

Sebarkan artikel ini
IMG 20160902 WA0026

Reporter: Hasan

Depok, Jumat 02/09/2016 (suaraindonesia-news.com) –
Menhan Ryamizard Ryacudu menjadi narasumber di Sekolah Partai PDIP untuk Calon Kepala Daerah untuk Pemilu Serentak pada malam ini (2/9). Menhan menjelaskan  bentuk-bentuk baru ancaman keamanan yang saat ini sedang dihadapi NKRI.

“Radikalisme dan terrorism merupakan ancaman terbesar saat ini, para kepala daerah harus waspada dan ikut mengatasinya di daerah masing-masing,” ungkap Menhan.

Tetapi, dua peserta yaitu H. Rapian dari Kab Simeulue – Aceh dan Tausikal Abua dari Maluku Tengah menambahkan bahwa pencurian ikan dari negara asing harus dimasukkan juga sebagai bentuk ancaman serius karena menghancurkan perekonomian daerah maupun nasional.

Baca Juga :  Jelang Masa Tenang, Tim Pemenangan MANDAT Desa Mandangin Gelar Parade Pasangan MANDAT

Dua peserta lain yaitu, Shabela Abubakar dari Aceh Tengah dan Yudas Sabagggalet dari Mentawai mengeluhkan ancaman pilkada yaitu adanya aparat keamanan yang tidak neutral alias memihak salah satu kandidat. Moderator Eva Sundari menambahkan.

“PDIP punya pengalaman pahit di pilgub 2015 di Kalteng dan Keppri terkait adanya  intervensi dari aparat keamanan setempat,” tuturnya.

Baca Juga :  Door To Door, Teddy Risandi Dibanjiri Dukungan Menjadi Calon Walikota Bogor 2018

Menhan menyatakan prihatin dan menegaskan.

“Hal itu tidak boleh lagi terjadi di pilkada 2017. Saya akan keluarkan Surat peringatan menjelang pilkada dan akan minta pemecatan Jika ada yang melanggarnya,” ucap Menhan.

Kepala Sekolah, Komarudin Watumbun menjelaskan juga bahwa factor keamanan fisik untuk daerah-daerah terluar juga menjadi kekhawatiran para calon kepala daerah.

“Tolong p Menhan, belanja alutsistanya yang bisa untuk mengamankan SDA kita di pulau2 terluar, gak perlu yang mahal dan canggih tapi tidak efektif,” ujar Komarudin.