Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating

Bersiaplah, Kita Sedang Berada di Ambang Perang Saudara

Avatar of admin
×

Bersiaplah, Kita Sedang Berada di Ambang Perang Saudara

Sebarkan artikel ini
IMG 20160731 WA0014 1 e1469957414717
Haris Rusly

Oleh: Haris Rusly

Selain Tuhan Yang Maha Kuasa, nampaknya tak akan ada kekuatan yang mampu mencegah keruntuhan sistem negara era reformasi yang dapat berdampak pada timbulnya perang saudara atau baratayudha.

Situasi bangsa dan negara kita saat ini makin diperparah oleh ketidakmampuan Presiden hasil Pilpres 2014 dalam memimpin negara. Keberadaan Presiden yang disandera oleh para cukong, serta orientasinya yang hanya memperkuat kekuasaan dengan mendukung orang-orang yang bermasalah untuk  menempati posisi strategis di dalam struktur negara maupun Parpol, telah makin memperparah keadaan negara reformasi menuju keruntuhannya.

Jika krisis yang menimpa sebuah negara masih menyentuh aspek politik, ekonomi dan infrastruktur, maka hal itu masih relatif mudah diatasi. “Ada banyak pengalaman negara di dunia yang sering mengalami krisis ekonomi dan krisis politik yang ditandai oleh jatuh bangunnya  pemerintahan. Tapi,  masih tetap kokoh berdiri sebagai sebuah negara”.

Namun, jika sebuah bangsa telah mengalami krisis yang menyentuh jantung kehidupannya, yaitu krisis moralitas dan nilai-nilai yang menjadi landasan dan panduannya dalam kehidupan bernegara, maka kita tak akan mampu mencegah jalannya bangsa tersebut menuju keruntuhannya.

Salah satu contoh krisis moralita dan nilai-nilai tersebut ditandai oleh maraknya gerakan membela Pancasila, tapi di saat yang sama para pembela Pancasila tersebut menginjak-injak nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila.

Mereka yang membela Pancasila sambil menginjak-injak nilai-nilai Ketuhanan, kemanusian, persatuan, musyawarah dan keadilan, tentu tak jauh berbeda dengan seorang muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi di saat yang sama masih menyembah berhala.

Pancasila yang mana yang sedang dibela? Pancasila sebagai nilai-nilai, pedoman dan pandangan hidup atau Pancasila sebagai alat kepentingan untuk membenarkan perampokan, pemerasan dan sebagai topeng untuk menutupi agenda menjual negara kepada korporasi asing dan kepada para taipan.

Baca Juga :  Wujudkan Pelaku UMKM Baru, Gubernur Jatim Buka Rakornas Perdana OKE OCE INA Makmur

Perlu menjadi catatan kita, selain invasi bangsa asing, wabah penyakit dan bencana alam, yang menjadi penyebab musnahnya sebuah bangsa. Sejarah juga mencatat, tenggelamnya sebuah bangsa juga disebabkan karena runtuhnya moralitas dan nilai-nilai yang menjadi landasan dan pedoman di dalam bangsa tersebut, yang mengubah kebersamaan menjadi mementingkan kepentingan individu dan kelompok (agama, suku dan parpol), mengubah rasa saling percaya menjadi saling curiga, mengubah persatuan jadi perpecahan.

Baratayudha (Pandawa vs Kurawa) dalam kisah Mahabarata adalah akibat dari sebab-sebab yang ditimbun dan mengkristal dari sebuah proses panjang sebelumnya.

Ditimbunnya ketamakan, korupsi memperkaya diri dan keluarga,  ketidakjujuran, ketidakadilan dan ilegalitas dalam mengelola kerajaan atau negara berakibat pada tumbuh suburnya permusuhan dan perpecahan, yang berujung pada perang saudara.

Dalam proses politik bernegara saat ini, kita secara sengaja dan sadar telah menimbun sebab-sebab kehancuran yang pernah terjadi pada sejarah sebelumnya, yaitu ketamakan, ingkar janji, korupsi memperkaya diri dan keluarga, ketidakadilan,  kecurangan, kemunafikan dan ilegalitas dalam bernegara. Akibatnya, benih perang saudara Baratayudha sedang tumbuh subur.

Hukum karma atau hukum sebab akibat akan terjadi pada bangsa dan negara kita. Seperti kata kalimat bijak, “Siapa menabur angin dia akan menuai badai, apa yang ditabur itulah yang dituai”. Kita akan menuai akibat berupa perang saudara yang akan meruntuhkan bangsa dan negara kita.

Kini, tak ada lagi norma dan nilai yang menjadi pegangan, landasan, juga panduan dalam mengatasi konflik sosial politik. Banyak orang berteriak membela Pancasila, tapi perbuatannya sama sekali tak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila.

Baca Juga :  PLN Nias Menjadi Tuan Rumah Pelaksanaan Halal Bihalal Idul Fitri 1443 Hijriyah

Kini, yang tersaji di depan mata kita adalah adu kekuatan, adu kecurangan, adu fitnah, rekayasa isu, manipulasi informasi, adu kehebatan memanipulasi dan menipu, serta adu kekayaan dan kekuatan uang sebagai senjata dalam memenangkan perebutan jabatan negara, Parpol dan Ormas.

Ketika tak ada lagi norma dan nilai yang menjadi panduan dalam bernegara, ketika kaum intelektual, ulama dan rohaniawan telah berdiri di atas kaki _”kepentingan sempit”,_ tak lagi berdiri di atas kebenaran dan nilai-nilai, maka terompet sangkakala perang saudara itu telah ditiup.

Tampaknya _”sebab-sebab”_ yang kita tabur selama 18 tahun reformasi akan segera kita tuai “akibat”nya pada waktu dekat ini. Sekali lagi, bangunan sistem negara reformasi akan segera runtuh.

“Karena itu, kita hanya bisa mempercepat dan  mengarahkan keruntuhan sistem negara era reformasi yang dapat berdampak pada ‘baratayudha’, untuk tujuan meminimalisasi ekses negatif terhadap keutuhan dan kelangsungan masa depan bangsa dan  negara”.

Apapun obat mujarabnya, rasanya saat ini sangat sulit untuk menyembuhkan penyakit bangsa yg telah kronis. Kini, wabah keruntuhan moral dan nilai-nilai telah menjangkit  mereka yang berkuasa di eksekutif, yudikatif dan legislatif, juga di gerakan masyarakat sipil (LSM, gerakan mahasiswa dan intelektual).

Bahkan, media massa yang seharusnya menjadi kekuatan kontrol yang independen, tapi sebagian diantaranya  justru menjadi alat kepentingan gerombolan maling dan penjual negara.

_Kita doakan semoga segera lahir generasi baru, generasi pemuda, generasi penerus, yang berpegang teguh kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam  Pancasila untuk membangun dan  menata ulang bangsa dan negara Indonesia dari keruntuhannya.

_Semoga Tuhan mengampuni kita semua…amin…_