Pendidikan formil Noe’man dimulai di HIS (Hollandsch Inlandsche School) –setingkat SD– Budi Priyayi Ciledug, Garut. Kemudian berlanjut ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderweijs) –setingkat SMP— di kota yang sama. Namun karena kekuasaan beralih ke tangan Republik, MULO Garut pun ditutup dan anak ke delapan dari 13 saudara ini memutuskan untuk meneruskan pendidikannya ke MULO Jogjakarta. Selesai dari MULO, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah, Jogjakarta.
Ayahanda Ir. Achmad Noe’man menyebutkan bahwa ber-Arsitektur bukan hanya berfikir bagaimana menghasilkan sebuah karya rancangan agar terbangun, tapi lebih memikirkan bagaiman berkarya yang semuanya diniatkan untuk Tuhan, tanpa harus mengesampingkan kebutuhan dan keinginan Klien.
Beliau selalu mencoba mengajarkan nilai-nilai islami atau dengan kata lain berdakwah pada rancagan-rancangannya, dengan menghadirkan apa yang ada pada kedua landasan islam itu sendiri yakni Qur’an dan Hadis dengan berpedoman (Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?“.Qs Al Baqarah: 170.)
Moh Latif mengatakan bahwa Karya beliau Ayahanda Noe’man, antara lain, adalah Masjid Salman di Kampus Institut Teknologi Bandung, Masjid Asy-Syifa di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Masjid Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Masjid Agung Al Akbar, Surabaya, dan Masjid Indonesia di Sarajevo, Bosnia.
Salah satu pendiri Ikatan Arsitek Indonesia itu lalu bercerita tentang masjid-masjid rancangannya sehingga beliau mendapat julukan arsitektur 1000 masjid. Karya beliau bukan hanya masjid namun juga terlibat dalam perancangan logo Himpunan Mahasiswa Islam, jadi tidak salah jika saya menyebutnya beliau sebagai sang arsitektur muslim indonesia.
“Beliau salah satu pendiri ikatan arsitek Indonesia, dan juga terlibat dalam perancangan logo HMI, jadi tidak salah jika saya menyebutnya Arsitek Muslim Indonesia.” Katanya.
Moh. Latif melanjutkan bahwa dirinya dan juga mewakili kelurga besar HMI UII turut belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga gagasan dan karya beliau dapat menginspirasi para kader HMI dan seluruh generasi Indonesia sehingga menjadi amalan sholehan fiddini wal akhirah. Amin
Ayahanda Ir. Achmad Noe’man tutup usia di umur 92 tahun di Rs. Borromeus Bandung sekitar pukul 15.45 WIB setelah mendapat perawatan medis kurang lebih dua minggu. Dan jenazah Ir. Achmad Noe’man sebentar lagi akan dibawa ke rumah duka di jalan Karanglayung 10 bandung, untuk dipulasara. Besok selasa sekira pukul 09.00 Wib akan dishalatkan di salman, lalu dimakamkan di pemakaman umum cikutramak.













