KOTA BOGOR, Senin (08/12) suaraindonesia-news.com – Museum Perjuangan Bogor berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kota, seperti Balai Kota, DPRD, stasiun, dan ruang-ruang publik strategis. Namun, kondisi bangunan bersejarah yang pernah menjadi Societeit Harmonie pada masa kolonial tersebut saat ini tampak mengalami kerusakan seperti dinding retak, cat mengelupas, kaca pecah, serta koleksi yang memudar akibat minimnya perawatan.
Sejumlah pihak menilai kondisi tersebut mencerminkan perlunya perhatian lebih terhadap pelestarian sejarah dan warisan budaya di Kota Bogor.
Pemerintah Kota Bogor sebelumnya menyampaikan bahwa museum tersebut berada di bawah pengelolaan yayasan, sehingga penggunaan APBD tidak dapat dilakukan secara langsung. Penjelasan ini disebut sesuai ketentuan administratif, namun tetap memunculkan dorongan dari berbagai kalangan agar pemerintah dapat menjalin kerja sama atau skema kolaborasi untuk mendukung upaya pelestarian museum.
Menurut beberapa pihak, potensi kemitraan pemerintah dengan yayasan dinilai memungkinkan sebagaimana berbagai kolaborasi lain yang telah dilakukan pemerintah daerah, termasuk dalam pengembangan ruang publik maupun infrastruktur.
Ketua Komisi 3 DPRD Kota Bogor, Heri Cahyono, mengungkapkan pandangannya terkait kondisi museum tersebut. Ia menyebut bahwa Museum Perjuangan Bogor merupakan salah satu contoh penting mengenai bagaimana pemerintah melihat sejarah kota.
“Kota yang besar adalah kota yang menghormati sejarahnya. Kota yang abai pada sejarah adalah kota yang kehilangan arah,” ujarnya.
Heri juga menyampaikan bahwa museum berada di kawasan yang setiap hari dilalui oleh pejabat pemerintah daerah, anggota DPRD, dan pengambil keputusan sehingga kondisi bangunan dapat terlihat dengan jelas. Menurutnya, perhatian lebih diperlukan agar museum tidak terus mengalami kerusakan.
“Pertanyaannya sederhana, bagaimana mungkin kita mengajari generasi muda untuk menghargai perjuangan bangsa bila rumah tempat menyimpan kisah perjuangan itu sendiri tidak mendapat penghargaan?” katanya.
Ia menilai bahwa Pemkot Bogor tengah mendorong konsep smart city, creative city, dan urban tourism, namun mengingatkan bahwa keberadaan museum yang terawat menjadi bagian penting dalam mendukung pengembangan wisata sejarah.
Heri mendorong adanya langkah konkret seperti program revitalisasi, dukungan anggaran melalui hibah kebudayaan, kemitraan antara Pemkot dan yayasan pengelola, perawatan rutin, hingga program kuratorial yang melibatkan akademisi dan komunitas.
“Tidak ada alasan lagi untuk menunggu setiap hari yang berlalu membawa museum itu selangkah lebih dekat pada keruntuhan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa DPRD dan Pemerintah Kota Bogor perlu memberikan jawaban kepada publik mengenai komitmen dalam menjaga sejarah kota dan memastikan warisan budaya tersebut tidak hilang.












