PURWAKARTA, Suara Indonesia-News.Com – Harry M Sungguh selaku Direktur Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur menerangkan, walau debit air untuk irigasi dan air baku industri masih cukup aman, pihaknya mulai bersikap waspada, pasalnya ketinggian air sudah berada di level hati-hati. Dan setiap hari ketinggian air mengalami pergerakan penurunan yang cukup signifikan.
Sebagai pengelola Waduk Jatiluhur, jika sampai Oktober hujan tak kunjung turun, maka pihaknya akan meminta pada pemerintah pusat untuk melakukan secepatnya melakukan hujan buatan, debit air tiap hari akan terus menyusut. Untuk saat ini saja, ketinggian air sudah pada level 91,50 meter.
”Kita tak bisa terus diam dengan adanya penyusutan ini”,ujarnya.
Sejak September lalu pihaknya sudah mengajukan usulan modifikasi cuaca atau hujan buatan pada kementrian PU.Tetapi sampai detik ini usulan tersebut belum mendapatkan respon positif dari pemerintah pusat.
“Faktor penyebab utama dari masalah ini tak lain adalah dampak dari musim panas di tahun ini terbilang ekstrim. Sudah tujuh bulan kemarau melanda Purwakarta dan kondisi ini mempengaruhi volume air di waduk terbesar di Jawa Barat ini,”jelasnya.
Menurutnya lagi, modifikasi cuaca ini sangatlah penting, tujuannya ya supaya turun hujan, khususnya di wilayah Hulu Citarum.Jika di daerah tersebut hujan,maka bisa dipastikan debit air di Waduk Jatiluhur akan bertambah.
Harry menambahkan, sampai hari ini, perbandingan air yang masuk dan keluar masih sangat tidak seimbang. Air yang masuk ke jatiluhur hanya 140 meter kubik per detik. Sedangkan air yang keluar bisa mencapai 160 meter kubik per detik. Selisih tersebut sangatlah besar dan kita wajib waspada terhadap kondisi tersebut.
”untuk Purwakarta saat ini masih belum turun hujan,namun di Bandung sudah hujan,semoga itu bisa membantu menjadikan kondisi lebih baik”,tambahnya.(and)













