BALIKPAPAN, Selasa, (3/1/2023) suaraindonesia-news.com – Sudah 23 tahun bangunan penampungan air bersih (reservoir) milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Manuntung Balikpapan yang berlokasi di Perumnas RT 10 Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara belum juga difungsikan hingga saat ini.
Menurut Ketua RT 09 Kelurahan Batu Ampar, Kasmadi, penampungan air yang dibangun sejak tahun 1999 itu sempat beroperasi selama hampir setahun setelah selesai dibangun.
“Hingga saat ini warga dibuat geram oleh pihak PDAM, karena tidak memfungsikan reservoir itu. Selama bertahun tahun warga kesulitan air, kalaupun air mengalir hanya dua kali dalam seminggu, itupun ngalirnya kecil, kebanyakan angin yang keluar,” katanya, sembari menunjukkan bangunan reservoir kepada media ini, Selasa, (3/1).
Pada saat itu, Kasmadi menceritakan, warga dari sejumlah RT sudah merasa gembira karena telah dibangun reservoir dengan harapan suplai air ke rumah-rumah warga sudah bisa dinikmati.
Namun, harapan tinggal harapan. Suplai air yang diharapkan warga sejak dibangunnya reservoir 23 tahun lalu itu tak difungsingkan oleh PDAM.
Hingga saat ini, warga yang ada di lingkungan Perumnas masih membeli air dari pengecer untuk kebutuhan sehari-harinya dengan harga Rp 100.000 – 125.000 per tandon dengan kapasitas 1200 liter.
Kasmadi mengatakan, warga di lingkungan Perumnas itu kerap mengeluhkan kesulitan air kepada para Ketua RT.
“Saya sebenarnya sebagai Ketua RT juga merasa lega waktu itu, tapi ini sudah bertahun-tahun reservoir tidak di fungsikan. Warga setiap saat kerap mempertanyakan soal aliran air ini ke pak RT, marahnya ke RT,” ungkapnya.
Persoalan itu, kata Kasmadi, sudah sering kali diadukan ke PDAM, Wali Kota dan DPRD Balikpapan. Bahkan, sudah 4 kali ganti Wali Kota, Direktur PDAM juga sudah berganti berkali kali namun tetap juga tidak ada solusi.
“Marahnya warga ini bukan hanya karena persoalan reservoir yang tidak berfungsi, tapi juga masalah angin yang dibayar warga tiap bulan ke PDAM, anginnya kencang, tapi airnya yang mengalir kecil sekali,” tegasnya.
“Yang paling parah ada sekitar 7 RT, air benar-benar hampir tidak mengalir. Untung-untung dalam seminggu air ngalirnya sekali dua kali, itupun kecil sekali”, timpal Kasmadi.
Kasmadi berharap, bangunan yang menghabiskan anggaran miliaran itu dapat difungsikan dan bisa menyuplai air ke rumah-rumah warga.
“Walaupun air tidak mengalir setiap hari sebenarnya tidak jadi masalah, yang penting rutin, minimal dalam seminggu bisa mengalir tiga kali, tapi aliran airnya normal, bukan angin saja. Sehingga warga tidak perlu beli air dari luar lagi,” harap Kasmadi.
“Kita juga meminta dalam waktu satu bulan ini pemerintah kota, anggota dewan maupun pihak PDAM untuk dapat mengunjungi tempat ini (reservoir) untuk memecahkan persoalan air bersih ini”, pintanya.
Di tempat yang sama Ketua RT 10 Joko Utomo mengatakan terkait persoalan tersebut pihaknya meminta Wali Kota Balikpapan untuk menyikapi setiap keluhan warga.
“Kami ini rakyat Balikpapan yang menjadi tanggung jawab Wali Kota. Kalau ke dewan kami sudah sering sampaikan hampir di setiap Musrenbang, terhadap PDAM juga sering kami sampaikan, tapi hanya ditampung saja, jawabannya nanti-nanti terus sampai kami sudah bosan,” ujar Joko.
Sementara, Kepala Sub Bagian Customer Service Hubungan Pelanggan PDAM Tirta Manuntung Balikpapan, Suryo Hadi Prabowo saat dikonfirmasi awak media terkait hal tersebut melalui pesan WhatsApp belum memberikan penjelasan.
Hanya saja Suryo memberikan jawaban akan meneruskan pesan awak media kepada Direktur Utama (Dirut) PDAM.
“Ku teruskan dulu ke Pak Dirut yaa”, tulis Suryo melalui pesan WhatsApp, singkat.
Reporter : Fauzi
Editor: Wakid Maulana
Publisher: Nurul Anam