“Perang Opini” Jelang Pemilukada 2017, Bakal Calon Gaet Media

oleh -294 views
Elizar Lizam

Reporter : Nazli, Md.

Blang Pidie, suaraindonesia-news.com –  Menjelang pemilukada  2017, kali ini akan jatuh berbeda dengan Pemilukada  sebelumnya, Partai politik dan pasangan yang maju sebagai  balon  Bupati dan wakil Bupati   tentu akan mengubah strategi dia di dalam menjajakan program, visi dan misinya (marketing political).

Namun, itu tentu saja jauh-jauh hari sudah harus disiapkan oleh masing-masing bakal calon, Cara apa yang paling efektif untuk menjual, agar publik punya daya lekat, daya ingat, empati, dan menanam memorinya di keputusan terakhirnya di bilik suara kelak nantinya.

Peran media  tersebut sangat penting selain  akan menjadi alat promosi dan propaganda yang paling efektif. Betapa tidak ? Citra publik terhadap tampilan dari tokoh-tokoh parpol yang mereka usung, adalah etalase pertama, ketika publik berjumpa dengannya.

Pernyataan tersebut disampaikan Elizar Lizam, mantan unsur pimpinan DPRK  abdya periode 2014.

“Media cetak   dan media online, akan menjadi incaran, karena karakteristiknya yang populis, egaliter.”Kata Elizar lizam, Sabtu (9/7/2016).

Ia juga menjelaskan, media cetak dan  online punya keunggulan pada kecepatan dan fleksibilitas konten dalam mentransformasi setiap perkembangan yang terjadi secara berimbang, ujarnya.

Ia mencontohkan “perang opini” dan pencitraan antara dua  bakal calon  presiden RI, Jokowi dan prabowo, belakangan ini sangat jelas arahnya di perankan oleh media sehingga kemenangan pun tak luput dari aksi yang diperankan masing-masing media.

“Cara opini dari kedua pendukung balon tersebut adalah “perang opini” yang demikian transparan dan terang benderang,  Hasilnya tentu saja berharap, bahwa publik diajak untuk terus menerus mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu terhadap sepak terjang dan citra dari kedua kandidat itu,” jelasnya.

Ia menambahkan  Opini pencitraan atau pembunuhan karakter, hanyalah bagian dari promosi, propaganda politik, dan mau tidak mau inilah bagian dari strategi dan manajemen dari pihak-pihak yang “cerdas” di dalam memanfaatkan media. Jadi adu strategi di panggung politik merupakan “positioning: dan upaya membaca segmentasi pemilih Parpol lewat litbang-nya tentu tak bisa tinggal diam.

Menurutnya, Kanal media yang disiapkan sebagai proses transformasi politik ini adalah keniscayaan yang harus diterima sebagai sebuah perubahan paradigma berfikir. Kita tidak bisa memandang dan mengklasifikasi secara detil tentang karakteristik pemilih (publik), apakah mereka digolongkan dalam kelompok rasional atau tradisional. Tetapi yang jelas, publik sudah tidak bisa menjauh dari pesatnya perkembangan media. Tukas Elizar lizam.

Tinggalkan Balasan