Long Sewu Sambut Hari Jadi Banyuwangi

oleh -203 views

BANYUWANGI, Minggu (3/12/2017) suaraindonesia-news.com – Bunyi dentuman keras nampak terdengar di Desa Parangharjo, Kecamatan Songgon, Banyuwangi pada Minggu pagi, (03/12/2017), Setiap tahun acara ini digelar dalam rangka untuk menyambut Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba).

Di setiap tahun tepatnya bulan Desember di Kecamatan Songgon, Banyuwangi mempunyai tradisi yaitu Napak Tilas dan Kirab Pusaka Perang Puputan Bayu, acara kirab ini dimulai dari Desa Parangharjo, Songgon.

Dengan berbagai cara unik dilakukan oleh warga masyarakat desa Parangharjo untuk menyambut Hari Jadi Banyuwangi yaitu menggelar acara Longsewu, Longsewu merupakan permainan tradisional yang mirip seperti meriam yang terbuat dari bambu dengan di isi menggunakan karbit dan kemudian diledakan menggunakan api kecil dan setelah itu disulut dengan api pada ujungnya, selanjutnya bunyi dentuman keras pun terdengar keras layaknya meriam pada umumnya.

Kekompakan warga terlihat saat berlangsungnya acara napak tilas dan kirab pusaka ini. Diketahui pada awalnya terjadinya Hari Jadi Banyuwangi ini merupakan sejarah perang puputan bayu ini diawali di Tegal Perangan, Desa Parangharjo, Kecamatan Songgon, Napak Tilas ini nantinya akan melintasi desa parangharjo menuju ke desa bayu dengan menempuh jarak kurang lebih 9 Kilometer ke Desa Bayu.

Longsewu ataupun meriam buatan ini merupakan cara dari masyarakat Desa Parangharjo untuk memaknai bahwa sejarah perang puputan bayu ini gambaran dahsyatnya melebihi zaman perang puputan bayu di zaman perang dulu, dengan kepedulian masyarakat tentang memaknai suatu sejarah dengan cara seperti itu sebanyak 1000 Long berjajar di pinggir jalan sepanjang desa parangharjo sejauh 2,5 Kilometer.

Antusias warga terlihat sangat kompak dengan acara napak tilas ini, warga berkeinginan sejarah perang puputan bayu ini jangan dirubah serta tiap tahun bisa diagendakan khusus untuk napak tilas ini diawali dari Desa Parangharjo, dan sebagaimana mestinya bahwa Longsewu ini nantinya akan menjadi ikon di Desa Parangharjo.

Sejarah perang puputan bayu ini berawal dari desa Parangharjo kemudian perang tersebut meletus hingga menyebar kearah barat tepatnya di desa Bayu, kemudian di desa Bayu tersebut tempat para pejuang pejuang tersebut berjuang hingga titik darah penghabisan demi merebut kemerdekaan melawan Belanda akhirnya di desa Bayu itu para pejuang ribuan orang habis meninggal untuk merebut kemerdekaan.

Kepala Desa Parangharjo, Panji Widodo berharap bahwa dengan kegiatan longsewu ini bertepatan dalam rangka menyambut hari jadi Banyuwangi agar menjadi wisata tahunan.

“Kami berkeinginan agar longsewu tersebut diakui dan menjadi ikon dari Desa Parangharjo oleh Pemerintah setempat,” ungkapnya. (Eko/Jie)

Tinggalkan Balasan