Ajaran Cinta, Semesta, dan Moral

oleh -379 views

Cinta, alam semesta, dan manusia komponen penting dalam kehidupan bumi. Manusia belajar kepada alam semesta tentang falsafah hidup untuk berkehidupan. Dari alam lahirlah cinta. Cinta yang berhasil masuk dalam relung kehidupan umat manusia menjelma perilaku (moralitas). Meski sangat misteri, kehadiran cinta membikin kehidupan manusia menjadi lebih berwarna. Karya berjudul The Orange Girl ini mengajarkan ajaran cinta dengan segala seluk beluknya. Hadirnya cinta dalam semesta memiliki asal dan akibat. Kemana muara cinta pada batasan tertentu, akan nyata pada akhirnya. Sulit dibyangkan dan ditebak. Karena semesta yang memiliki ruh cinta memiliki ruang dan waktu dengan gayanya sendiri. Sementara dunia manusia hanya bongkahan waktu yang memiliki akhir. Tidak abadi.

Jostein Gaarder lewat buku ini menghentak nalar mengapung ke ruang masa. Melalui kisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang lama ditinggal mati kepala keluarga kisah dalam kisah kehidupan itu muncul. Seorang putra bernama George Roed yang mulai menginjak usia pubertas terkesima dan dibuat penasran dengan surat wasiat ayahnya. Lembaran kertas bertuah itu  tanpa sengaja George temukan saat keluarganya menyortir sejumlah barang rumah yang tak terpakai. Semua Serba kebetulan, barang yang disortir sampai ke tangan remaja George saat ibunya memanggil kakek Dan neneknya membantu menyortir barang peninggalam masa dulu. Pada lembaran  wasiat itu, George menemukan kisah luar biasa yang ditulis mendiang ayahnya sebelum meninggal dunia (hlm. 11). Tak tanggung, seabbrek kisah sang Ayah tentang perjalanan asmara, gadis jeruk, dan ilmu pengetahuan seputar alam semesta.

Karya setebal 258 halaman ini mengetenghkan kisah dari sebuah kisah. Kisah antara kehidupan nyata dan kenangan. Lewat tokoh George, Gearder membolak-balikkan imajinasi pembacanya. Pertama, Jostein Gaarder memanggil aura simpati pembaca menyimak kisah dari sebuah perjalanan perjuangan seorang lelaki menaklukkan gadis nun jauh tempat tinggalnya. Peetemuan seorang lelaki, yang tak lain ayah George dengan gadis jeruk. Disebut gadis jeruk, karena pertemuan cinta sang ayah bermula dari insiden gadis menjatuhkan seplastik jeruk. Dari jeruk-jeruk yang berjatuhan di tanah, tumbuhlah cinta. Lahirlah anak-anak, tinggallah kisah dalam sebuah catatan usang terpendam. Lalu, terurailah kesan-kesan untuk disampaikan kepada orang-orang sesudahnya.

Kedua, kisah dalam karya Penulis best seller kelas internasional ini menyiratkan amanat kehidupan mendalam. Pertemuan lelaki dengan gadis jeruk, dan sejumput pengetahuan angkasa simbol tali temali ekosistem kehidupan. Alam semesta ladang kasih sayang. Komponen yang berada dalam kosmos memiliki tanggungjawab menyayangi alam. Dari alam raya manusia bisa menemukan gejala-gejala untuk ditelaah dalam kampium lebih ilmiah. Gejala alam yang berhasil ditelaah oleh manusia membuncah menjadi karya cipta. Sayang, dalam beberapa dekade terakhir ini kesadaran mencintai alam pudar. Yang tersisa,  karena kepentingan dunia, manusia menjadikan alam sebagai proyek mengeruk keuntungan. Alam disakiti, diambil seenak hati tanpa mau mempertimbangkan dampak ekologis yang akan muncul sesudahnya.

Karya ini kayak diapresiasi. Selain muatan pesan literasi yang tersirat sangat kental, pesan moral kehidupan juga sangat dibutuhkan zaman ini. Kampanye save lingkungan saatnya disuarakan dalam berbagai momentum. Termasuk lewat bahasa fiksi. Semua itu semata menekan kriminalisasi oknum manusia terhadap alam. Meski tidak saat ini, efek kerusakan alam akan juga menimpa semua orang. Sehingga, sebelum semuanya terlambat mari ambil hikmah dari semua simbol-simbol alam untuk kepentingan kemaslaatan kehidupan bersama. Selamat membaca.

*Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Email:zaitur_rahem@yahoo.co.id

Judul: The Orange Girl

Penulis: Jostein Gaarder

Penerbit: Mizan, Bandung

Cetakan: Edisi III, Cet. II 2016

Tebal: 251 halaman

ISBN: 978-979-433-925-1

Peresensi: Zaitur Rahem

Tinggalkan Balasan